“Festival Aku dan Kain sebuah movement merayakan keanekaragaman budaya, untuk membangun rasa nasionalisme, serta mengangkat keindahan nilai-nilai pluralisme. Kekayaan kain tradisional Indonesia dan keragamannya perlu dilestarikan oleh gerenasi penerus,” kata Oscar Lawalata di Museum Nasional, Jakarta pada Rabu (10/8).
Dalam festival Aku dan Kain, Oscar Lawalata yang kini memakai nama Asha Darra ini menunjukkan sekitar 100 kain tradisional. Ia ingin bangsa Indonesia punya kebanggaan sendiri atas ribuan jenis kain tradisional yang dimiliki bangsa ini.
“Budaya ini harus terus berlanjut terutama 100 generasi Kedepan dengan 100 budaya Indonesia yang termanifestasi dalam kain,” ujarnya.
“Kain tenun asli Indonesia harus lestari
seperti kain batik yang bisa mendunia melalui fesyen. Kain tenun ini salah satu identitas kita di dunia fesyen yang tidak dimiliki negara lain. Identitas kain tenun kita sebagai kekuatan budaya Indonesia,” lanjutnya.
Asha Darra mengungkapkan festival Kain dan Aku merupakan bagian dari gerakan I’m Indonesian, sebuah kampanye memupuk rasa kecintaan maupun kebanggaan sebagai orang Indonesia yang memiliki keindahan budaya Nusantara yang tidak dimiliki bangsa lain. Festival juga bekerjasama dengan Kemendikbudristek  menjadikan kain tenun sebagai warisan dunia.
“Kenapa kain tenun yang ditampilkan di sini? Saya bersama Kemendikbudristek ingin menjadikan kain tenun sebagai Heritage Indonesia yang diakui UNESCO,” ucap kakak Mario Lawalata ini.
Sementara Plt. Kepala Museum Nasional Indonesia Sri Hartini mengatakan Asha Darra sejak akhir 2021 telah mengutarakan gagasannya memamerkan kain dalam bentuk fesyen sebagai pelestariaan budaya Indonesia yang menyasar anak muda
“Alhamdulillah niatan itu bisa terealisasi sekarang. Kita sendiri memiliki 3500 kain nasional yang belum semuanya bisa dipamerkan. Saya harap festival Kain dan Aku bisa berlangsung berkelanjutan karena kain nasional yang ada harus sering dibuat pameran,” ungkap Sri Hartini.
Asha Darra sendiri mengaku akan sering memperlihatkan kekayaan budaya Indonesia berupa kain dalam sajian fesyen. “Saya ingin fesyen seperti bisa terus bisa berlanjut. Semoga bisa kita wujudkan secara kontinyu,” kata Asha Darra.
Dalam Festival Kain dan Aku, Asha Darra ingin menunjukkan hasil penelusurannya yang punya nilai budaya dan histori luar biasa.
“Indonesia punya banyak kain tradisional yang luar biasa, tiap daerah punya kain khasnya, saya ingin membangun antusias itu lagi,” ungkapnya.
Festival Aku dan Kain juga mengadakan pameran fotografi yang melibatkan 100 selebritas.
Adapun yang terlibat yakni Reza Rahadian, Marsha Timothy, Dian Sastro, Nirina Zubir, Angga Yunanda, Syifa Hadju, Najwa Shihab, Renata Moelek.
Selanjutnya dimeriahkan dalam perayaan fashion show oleh Refal Hady, yakni Jovi Adhiguna, Ayu Ghani, Davina Veronica, Gamaliel Tapiheru, Sal Priadi, Yuki Kato dan masih banyak lagi akan menampilkan rancangan Oscar Lawalata.
“Tentu saja rancangan ini menggunakan kain-kain khas nusantara,” ucapnya.
Lahir dari filosofi keindahan kain tenun Nusantara yang dituangkan dalam pendekatan fashion dan gaya hidup, kecintaan akan keindahan dan filosofi ini pula yang menjadi akar dari Aku dan Kain: The Age of Diversity.
Melalui Aku dan Kain: The Age of Diversity, Oscar Lawalata Culture ingin menyampaikan bahwa keindahan yang harmoni tidak perlu seragam dan serba sama. Namun, perbedaan sejatinya merupakan rangkulan persatuan dalam perbedaan.
Festival Aku dan Kain dari Oscar Lawalata digelar selama sebulan penuh di Museum Nasional, Jakarta.
Tiket masuk Festival Aku dan Kain dijual seharga Rp 15 ribu dan Rp 20 ribu bagi pengunjung yang ingin masuk ke ruang temporer.
Sedangkan pihak Museum Nasional mengangkat berbagai kegiatan di bidang seni dan budaya.
Antara lain, pameran kain tua seperti kulit kayu, songket, batik sulam, dan aplikasi manik dalam sebuah instalasi Aku dan Kain: Wonders of Weaving, dan pameran instalasi Menara Tenun Nusantara.