Mengangkat tema “Medi(t)asi Ritus/Rute”, FKSM menampilkan 15 komunitas seni media dan pertunjukan dari berbagai daerah di Indonesia. Mereka di antaranya Asosiasi Seniman Bengkulu (Bengkulu), BAJRA (Pasuruan, Jawa Timur), GaraGara Artist Initiative (DKI Jakarta), Jonas Sestakresna – Ruang Asah Tukad Abu & Seniman Pertunjukan Bengkulu (Bali & Bengkulu), Kecoak Timur & KAE (Gresik, Jawa Timur), Komunitas Gubuak Kopi (Solok, Sumatera Barat), Komunitas Lintas Seni (Bengkulu), Komunitas Seni Pertunjukan Bengkulu (Bengkulu), Prehistoric Soul (Bali), Prewangan Studio (Tuban, JawaTimur), SARANA (Samarinda, Kalimantan Timur), Sinau Kinetik Seni (Yogyakarta), Studio DKV Institut Teknologidan Bisnis Ahmad Dahlan (DKI Jakarta), S. Sophiyah Kosasih & Tilik Sarira Creative Process (Solo, Jawa Tengah), Tomy Herseta & Convert Textured (Bandung, Jawa Timur) dan Waft Lab (Surabaya, Jawa Timur).
Karya-karya yang dipamerkan dan dipentaskan dalam FKSM merupakan karya yang diseleksi oleh kurator Sudjud Dartanto, Jeong Ok Jeon, dan Yudi Ahmad Tajudin, termasuk diantaranya dipilih dari komunitas yang tampil pada Parade Pertunjukan Seni Media Baru (2020, 2021),
Proses kurasi komunitas seniman cukup bervariasi; melibatkan undangan dari tim kuratorial, proses seleksi dari panggilan terbuka yang dilaksanakan selama Mei-Juni 2022, dan program lokakarya seni media dan pertunjukansilang-media yang dilaksanakan di Samarinda pada bulan Juli 2022.
Selain itu, pemilihan karya dan komunitas tersebut berangkat dari kerangka kurasi “Medi(t)asi Ritus/Rute,” yang bertumpu pada pembacaan atas kehadiran media dan teknologi yang semakin luas dan tajam dalam membentuk praktik hidup sehari-hari dan relasi-relasi sosial, baik dalam konteks lokal (Bengkulu) maupun konteks global (Indonesia dan dunia luas).
“Seni juga merupakan moda produksi pengetahuan yang lahir dari refleksi mendalam,sebagaimana praktik meditasi. Dalam hal ini, identitas Bengkulu sebagai tempat juga terbentuk melalui mediasi teknologi dan budaya media, “ kata Sudjud Dartanto, salah seorang kurator FKSM.
Salah satu seniman Bengkulu, John Hery Susanto dari Komunitas Lintas Seni mengatakan, para pelaku seni media dengan berbagai kemungkinan mediumnya tidak lagi hanya berbicara dalam satu perspektif teknologi, tetapi juga membuka wacana baru mengenai keselarasan manusia berteknologi dengan dirinya sendiri, masyarakat, dan alam.
“Karya-karya ini sudah bukan lagi berfokus pada sebuah diskursus daerah saja, melainkan telah menjadi karya-karya yang juga merespon sebuah fenomena global,” jelasnya.
Sementara, Ahmad Mahendra, Direktur Perfilman, Musik dan Media menyebutkan bahwa Festival Komunitas Seni Media ini memperlihatkan berbagai karya dengan platform seni media atau karya seni berbasis pada teknologi media.
“Seni media sesungguhnya memiliki dimensi yang khas karena melibatkan berbagai unsur seperti kinetik, sensorik, suara,cahaya, imersif, video, animasi, digital konten atau kecerdasan buatan (artificial Intelligence) lainnya yg melibatkanpartisipasi publik,” ujarnya.
“Hal ini sesuai dengan semangat zaman dimana format festival ini mengakomodir generasi muda yang akrab dengan hal-hal tersebut.” imbuhnya.
FKSM sendiri merupakan program Direktorat Perfilman, Musik, dan Media – Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia, bekerja sama dengan ARCOLABS, UPTD Taman Budaya Bengkulu, dan Asosiasi Seniman Bengkulu.
FKSM sebelumnya dikenal sebagai Pekan Seni Media, yang telah diselenggarakan di Bandung (2015 & 2016), Riau (2017), Palu (2018), Samarinda (2019), Bandung (2020), dan Tangerang Selatan (2021).
FKSM diisi dengan rangkaian kegiatan pameran, tur galeri,wicara seniman, dan pertunjukan silang-media. Dihelat 6-12 Oktober 2022, pengunjung dapat hadir mulai pukul 13.00-21.00 WIB UPTD Taman Budaya Bengkulu.