Adalah fakta bahwa untuk bisa sampai ke Jember, wisatawan harus transit terlebih dahulu di kota Surabaya, baik yang menggunakan pesawat maupun moda kereta api. Setelah itu, wisatawan harus melanjutkan perjalanan sekitar 3-4 jam lagi. Jalannya pun belum semulus jalan layang ‘Sheikh Mohammed bin Zayed (MBZ)’.
Bupati Jember Hendy Siswanto menyadari itu. Karena itu, berbagai kiat cerdik dijalankan untuk menyiasatinya.
Ketika menjamu awak 25 media yang diboyong Himpunan Anak Media (HAM) di Pendopo Wahyawibawagraha, Selasa (22/11) malam, Bupati menyampaikan, Jember dalam membangun pariwisata menggunakan filosofi makan bubur ayam.
Jika yang mafhum makan bubur ayam pasti tahu cara dan setrateginya. Agar makan bubur ayam tetap nikmat dan tidak terkontaminasi rasa panas disarankan memakannya dari pinggir. Karena sudah tidak panas. Sehingga tetap enak hingga suapan terakhir.
“Jember letaknya di tengah di antara Lumajang, Probolinggo, Bondowoso, Situbondo, dan Banyuwangi. Dari masing-masing daerah pinggiran Jember ini akan saya colek 5 persen saja jumlah penduduknya untuk mampir ke Jember. Karena 90 persen beberapa daerah tersebut melalui Jember,” ungkapnya.
Bupati Hendy menambahkan, jumlah penduduk Jember adalah 2,6 juta, jika ditambah 5 persen dari masing-masing jumlah penduduk kabupaten sekitar, maka Jember memiliki 5 juta penduduk. Dan ini pangsa pasar yang besar untuk dikelola dan potensi daya belinya pun besar.
Masih memakai filosofi makan bubur ayam, Hendy menjelaskan, jika ia langsung ‘jualan’ membangun obyek wisata pasti berisiko tinggi. Pandemi Covid-19 harus diakui menurunkan orang untuk berwisata, selain itu akan terjadi jarak untuk membangunnya.
“Untuk itu, selama pandemi Covid-19, infrastruktur kita genjot. Karena ini urat nadi sekalgus modal utama untuk wisatawan datang secara nyaman ke Jember. Terutama dari daerah pinggiran yang berbatasan dengan Jember,” jelasnya.
Menjaring Wisatawan melalui Event
Hendy mengawali menjadi bupati saat pandemi Covid-19. Setelah 20 bulan menjabat sebagai Bupati Covid-19, Bupati Hendy, dalam delapan bulan terakhir, telah membangun 1.200 Km berikut 30 ribu unit lampu jalan untuk penerangannya.
“Jalan rusak di Jember mencapai 1.900 Km, masih ada 700 Km lagi yang akan kita gaspol. Bagi warga Jember mungkin ini tidak ada nilainya. Tapi, bagi orang lain (di luar Jember) ini bak bius. Mereka secara tidak sadar merasakan jalan yang enak, dan lebih memilih ke Jember daripada ke pusat kota mereka masing-masing yang jauh,” ujarnya.
Setelah mereka ‘terbius’ dengan kenyamanan dan kemudahan akses, secara perlahan dan halus Jember mulai ‘menebar jala’ dengan menggelar event. Warga sekitaran Jember pun berduyun-duyun datang dan bertransaksi di Jember.
“Setelah larangan menggelar event diperlonggar, Jember langsung mendatangkan Tulus untuk konser di Jember. Event disubsidi APBD, harga tiket dapat dijual murah, sponsorship pun masuk semua, masyarakat disekitaran Jember pun berdatangan,” urai Bupati Hendy.
Paham akan masalah akses wisata, Jember pun berencana awal tahun 2023 akan kembali menghidupkan bandara yang 20 tahun terakhir “tertidur pulas”.
Ini pun bukan perkara mudah bagi daerah yang ternyata juga memiliki 18 hole lapangan golf ini. Karena, runway bandara Jember memiliki landas pacu hanya sepanjang 1,6 Km. Artinya hanya dapat didarati oleh pesawat ATR. Agar Boeing dapat melandas, Jember harus menambah lagi landasan pacu. Kini Jember sedang bernegosiasi dengan pihak PTPN 12 sebagai pemilik lahan.
Tetapi Bupati Hendy bertekad bandara harus segera dibuka untuk segera mengurai “isolasi” yang diderita Jember. Bupati akan segera membuka bandara untuk penerbangan sipil.
“Pada 1 Januari tahun 2023 mendatang, bertepatan dengan ulang tahun Jember, kami akan memulai membuka bandara untuk penerbangan Jember-Surabaya. Kami carter pesawat ATR jenis Caravan 208B dari Prime Air selama setahun ke depan agar Bandara kembali berfungsi sekaligus membuktikan bahwasannya Jember memiliki load factor yang bagus agar selanjutnya ada maskapai yang mengisinya dengan penerbangan regular,” paparnya.
Bupati Hendy menjelaskan sebenarnya permintaan Jember untuk penerbangan ini banyak. Tetapi untuk tahap awal ini, jadwal penerbangannya akan ada 2 kali dalam sehari, dengan rute Jember–Surabaya pukul 06.00 WIB, dan Surabaya–Jember pukul 07.00. Kemudian sorenya Jember–Surabaya pada pukul 16.00 dan Surabaya–Jember pukul 17.00.
“Pesawat ATR ini dapat ditumpangi 9 orang, dan selama setahun Jember mensubsidi sampai 50 persen, dengan harga tiket Rp650 ribu. Jika sudah ini kejadiannya, Jember sudah wayahe makan ‘bubur ayam’ langsung dari tengah. Artinya sudah saatnya pariwisata Jember melaju lepas landas kembali,” pungkasnya.