Di balik kejayaan cerutunya, Jember juga memiliki destinasi-destinasi wisata yang menakjubkan. Yang, apabila dikelola dan digarap apik, akan menjadikan daerah ini incaran pelancong, termasuk wisatawan mancanegara.
Salah satu destinasi yang indah adalah Pantai Papuma. Singkatan dari Pasir Putih Malikan.
Lokasinya di balik bukit, membentang di pesisir Pantai Selatan. Dari pusat kota Jember bisa ditempuh dalam waktu sekitar 45 menit berkendara.
Mengingat jalannya yang cukup berliku dan dipenuhi tanjakan serta turunan menjelang memasuki Papuma, ditambah lagi lampu penerangan jalan belum memadai, sebaiknya pengunjung datang ketika matahari tengah bersinar
Dari pantai ini pengunjung bisa menikmati indahnya sunrise (matahari terbit) di pagi hari, sekaligus sunset (matahari tenggelam) di sore hari dari satu tempat di Papuma yang disebut Siti Hinggil (tanah tinggi). Pemburu fenomena langit bisa mendapatkan foto-foto dan timelapse sunrise maupun sunset dari Siti Hinggil ini.
Untuk mencapai Siti Hinggil, pengunjung bisa mendaki anak tangga di bukit itu sekitar 15 menit.
Dari Siti Hinggil, pengunjung juga bisa menikmati keindahan alam di Pantai Papuma. Pemandangan dari Bukit Siti Hinggil meliputi lautan lepas dan batu karang di barat dan Pulau Nusa Barung yang berjarak sekitar 4 jam dengan perahu.
Pantai Papuma dibingkai pulau-pulau karang atau atol yang menyebar di lepas pantai, sekitar 2 mil dari bibir pantai. Setidaknya ada sekitar 7 pulau kecil dan semuanya memiliki nama-nama tersendiri. Kecuali satu pulau yang tidak bernama, karena keangkerannya. Konon katanya pulau tersebut dihuni oleh ribuan ular berbisa. Hingga saat ini tidak ada warga yang berani menginjakkan kaki di pulau tak bernama tersebut. Jika tidak sedang pasang dan ombak besar, pengunjung bisa menyewa kapal nelayan untuk mengunjungi pulau-pulau tersebut.
Dalam Booklet Wisata Kabupaten Jember 2022 disebutkan, Pantai Papuma merupakan bagian dari Wana Wisata Tanjung Papuma. Tanjung seluas 77,20 ha ini terdiri dari area hutan alam dan pantai. Area hutan di Tanjung Papuma melindungi flora dan fauna khas tropis. Sementara area pantai dihiasi permukaan air laut berwarna hijau kebiruan.
Jika cuaca mendukung, birunya langit akan berpadu dengan birunya laut serta hamparan pasir putih yang lembut.
Pengunjung dapat bermain air yang biru dan bermain pasir putihnya. Tapi ingat, ombak di sekitar Pantai Papuma cukup deras, apalagi jika sedang musim hujan.
Di sana juga ada gazebo atau saung sederhana untuk bersantai dan menikmati alamnya. Sambil bersantai di gazebo, pengunjung bisa melihat beberapa batuan karang di tengah lautan.
Konon katanya batuan tersebut dapat berubah posisi seiring hembusan angin dan deburan ombak. Itulah yang mendasari penamaan dari pantai ini. Malikan, bahasa Jawa, yang artinya “berbalik”.
Di Pantai Papuma juga ada area untuk mendirikan tenda dan bermalam dengan ditemani deburan ombak sepanjang malam. Pengalaman camping di atas hamparan pasir tentu merupakan keseruan tersendiri.
Sementara itu, kawasan hutan Gunung Watangan yang menghadap Pantai Papuma juga menaungi berbagai satwa, seperti burung cicak hijau, lutung atau kera hitam, dan tupai. Kawasan Wanawisata Tanjung Papuma juga melindungi kijang, ular besar seperti sanca dan piton, serta ular berbisa kecil seperti kobra hitam, ular pohon, dan lain-lain.
Keindahan Pantai Papuma memang sudah mulai dikulik travelers. Bahkan Pantai Papuma dinobatkan sebagai salah satu pantai terindah di Indonesia pada TripAdvisor Traveler Choice 2015, bersaing dengan pantai-pantai indah di Bali.
Namun harus diakui, keindahan Pantai Papuma belum maksimal menarik travelers untuk datang, sebagaimana keindahan destinasi-destinasi di Bali yang berjarak tidak terlalu jauh dari Papuma. Infrastruktur dan akses menjadi kendala utama.
Untuk memudar simpul itu, kini Bupati Jember Hendy Siswanto berpacu. Langkah pertama yang dilakukan adalah menghidupkan kembali Bandara Notohadinegoro Jember setelah sekitar 20 tahun terakhir ini “tidur pulas”. Direncanakan, bandara akan dibuka kembali pada awal tahun 2023.
Tentu bukan hal mudah. Secara runway, bandara Jember memiliki landas pacu sepanjang 1,6 km, artinya hanya dapat didarati oleh pesawat ATR. Agar Boeing dapat melandas, Jember harus menambah lagi landasan pacu. Untuk itu kini Pemkab sedang bernegosiasi dengan pihak PTPN 12 sebagai pemilik lahan.
Pada tahap awal pembukaan bandara, Bupati Hendy akan menghidupkan rute Jember-Surabaya dengan pesawat carter.
“Pada 1 Januari tahun 2023, bertepatan dengan ulang tahun Jember, kami akan carter pesawat ATR jenis Caravan 208B dari Prime Air selama setahun ke depan agar bandara kembali berfungsi sekaligus membuktikan bahwasannya Jember memiliki load factor agar selanjutnya dapat menjadi penerbangan regular,” ujar Bupati saat menerima kunjungan wartawan yang tergabung dalam Himpunan Anak Media (HAM) Jakarta, pada Selasa (22/11).
Bupati Hendy menegaskan, di Jember sebenarnya peminatnya banyak. Untuk itu jadwal penerbangannya akan ada 2 kali dalam sehari, dengan rute Jember–Surabaya pukul 6 pagi, Surabaya–Jember pukul 7 pagi, kemudian sorenya Jember–Surabaya pada pukul 16.00 dan Surabaya–Jember pukul 17.00.
Pembukaan kembali bandara ini diharapkan bisa menjadi trigger, khususnya bagi bangkitnya pariwisata Jember. Semoga!