
baru.
Putra Mahkota yang juga Perdana Menteri Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MbS) pun membuat proyek-proyek prestisius yang banyak kalangan menganggapnya sebagai proyek gila. Mulai dari kota futuristik, Neom, di tepi Laut Merah, hingga menyulap Riyadh menjadi kota masa depan dengan ikon gedung pencakar langit, The Mukaab. Bangunan berbentuk kubus besar itu disebut-sebut mirip dengan Ka’bah di Makkah. Bahkan orang menyebutnya “Ka’bah Baru”.
Rencana pembangunan Riyadh baru dengan Mukaab itu di bawah pantauan langsung Pangeran Mohammed bin Salman. Pembangunan itu merupakan proyek “New Murabba” (Alun-alun baru).
Dari video yang dirilis beberapa hari lalu, Riyadh baru nantinya akan jauh berbeda. Proyek yang merupakan bagian dari The New Murabba Development ini akan menjadi kota pintar yang berkelanjutan. Bangunan raksasa The Mukaab akan menjadi inti pusat kota baru yang disebut The New Murabba.
Pemerintah telah merilis video promosi kota masa depan yang langsung viral di media sosial. Netizen beranggapan bentuk The Mukaab menyerupai Ka’bah di Masjidil Haram Makkah.
MbS meluncurkan proyek The New Murabba pada 16 Februari lalu. Jantung dari proyek itu adalah The Mukaab, sebuah kubus setinggi 400 meter, lebar 400 meter, dan panjang 400 meter yang cukup besar untuk memuat 20 bangunan Empire State, pencakar langit berlantai 102 di Midtown Manhattan, New York City, Amerika.
Sebagai titik nol The New Murabba, The Mukaab merupakan bagian dari New Murabba. Dalam pernyataan resmi, Saudi mengatakan The Mukaab akan menarik minat wisatawan asing.
“Pusat kota modern terbesar di dunia. Inilah wajah baru Riyadh,” demikian pernyataan soal The Mukaab di situs resmi Newmurabba.com
Gedung ini nantinya akan berisi pameran budaya dan wisata, teater imersif, hunian, hotel, ruang kantor, serta atrium. Selain itu, di lokasi tersebut bakal dibangun 80 tempat hiburan dan universitas teknologi dan desain.
Proyek ini dilaporkan akan menambah pemasukan ekonomi Saudi sebesar 180 miliar riyal atau sekitar Rp728 triliun. Proyek itu dibangun dengan menggunakan Dana Investasi Publik (PIF), lembaga keuangan milik kerajaan dengan dana tersimpan senilai USD620 miliar. Pelaksanaan proyek dipimpin langsung oleh MbS. Proyek ini dijadwalkan selesai pada 2030.
“Dulu, kalian melihat Arab Saudi secara negatif. Sebuah negara yang berafiliasi dengan pelanggaran hak asasi manusia,” kata Andreas Krieg, peneliti di Institut Studi Timur Tengah King’s College London, seperti dikutip CNN.
“Tapi, sekarang mereka mencoba menawarkan narasi baru untuk menjadi negara pembangunan dan negara yang dapat membangun kota-kota futuristik,” tambahnya.
Tujuannya, untuk menggaet lebih banyak wisatawan dari negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Selama ini, Arab Saudi bergantung kepada traveler muslim yang datang untuk umrah atau naik haji.
Sejak MbS memimpin Saudi, banyak gebrakan baru di bidang pariwisata, budaya, hingga hiburan sesuai Visi 2030.
Dalam visi ini, Kerajaan memang ‘mengubah wajah baru Saudi’ demi ekonomi. Tetapi, rencana itu dinilai terlalu ambisius.
Riyadh memang memiliki pesaing berat di Timur Tengah. Dua negara yang sudah lebih dulu menyadari potensi cuan besar dari wisata adalah Dubai dan Doha.
“Menjadi yang kedua dalam lomba selalu merupakan tempat yang sulit untuk memulai ketika Anda ingin menjadi pemimpin,” kata Simon Henderson, direktur program Kebijakan Teluk dan Energi di The Washington Institute.
Dia menambahkan bahwa sangat sulit bagi Arab Saudi untuk melewati popularitas Doha dan Dubai. Sebab, Saudi terlalu identik sebagai destinasi wisata liburan muslim. Selain itu, Saudi telah menghabiskan waktu puluhan tahun untuk tidak menarik pengunjung asing non-Muslim.
“Semakin absurd dan futuristik proyek-proyek ini, semakin saya tidak bisa tidak membayangkan betapa lebih banyak distopia yang mengelilinginya,” tulis Dana Ahmed, seorang peneliti Teluk di Amnesty International, di Twitter.
Rencana pembangunan Mukaab ini menuai kritik dari sejumlah pihak. “Tampaknya [MbS] sedang membangun Ka’bahnya sendiri. Apakah dia akan menjadikan ini kiblat baru untuk para jemaahnya,” ujar akademisi Asad Abu Khalil di Twitter.
Kota Wisata Neom
Saudi disebut berencana menjadikan kota futuristik Neom sebagai ‘surga alkohol.’
Di Neom, Saudi akan mengizinkan penjualan dan konsumsi wine, cocktails, hingga sampanye di sebuah resor, demikian laporan yang dirilis Middle East Eye.
Di situ pula, Saudi bakal membuka bar, mengizinkan toko retail menjual wine secara terbuka, demikian menurut dokumen pemerintah Saudi.
Neom merupakan bagian dari mega proyek Saudi di Pulau Sindalah, Laut Merah. Resor ini rencananya dibuka pada 2023.
Pada Mei 2022, eks kepala pariwisata di Neom, Andrew McEvoy, mengatakan Neom punya undang-undang ekonomi khusus.
“(UU akan sesuai dengan) ambisi mereka yang kami coba tarik untuk bekerja dan tinggal di sini,” ujar McEvoy. “Alkohol tak lepas disajikan di meja.”
Sejak MbS memimpin Saudi, banyak gebrakan baru di bidang pariwisata, budaya, hingga hiburan sesuai Visi 2030. Dalam visi ini, Kerajaan memang ‘mengubah wajah baru Saudi’ demi ekonomi.
Selain dua mega proyek itu, MbS juga membangun proyek-proyek gila lainnya. Di antaranya:
1. Tempat judi di sebuah pulau
Saudi juga akan membuka kasino demi mendapat pemasukan negara dari turis asing.
Pemerintah menyiapkan lokasi judi di Pulau Tiran dan Pulau Sanafir yang berada di sekitar Laut Merah.
Sebetulnya, kedua pulau itu tak punya sumber daya alam besar. Namun, dari sisi lokasi pulau ini menjadi pintu masuk wisatawan dari Laut Merah ke Eliat, pusat ekonomi dan perdagangan Israel.
Saudi juga mengizinkan warga Israel berkunjung ke pulau-pulau tersebut meski kedua negara ini tak memiliki hubungan diplomatik, demikian dikutip Globe.
Selain itu, Kerajaan membuka pintu bagi investor asal Israel yang ingin investasi di pulau tersebut
2. Pantai Bikini di Pure Beach
Di kawasan King Abdullah Economic City terdapat pantai privat di mana pengunjung boleh memakai bikini di Pure Beach.
Saudi membuka Pure Beach pada 2021. Untuk bisa memasuki wilayah ini, pengunjung harus membayar 300 riyal atau sekitar Rp1,1 juta.
3. Wisata budaya di tempat yang dihindari Nabi
Demi mendongkrak cuan, Saudi juga membangun wisata di tempat yang sempat dihindari Nabi Muhammad, Al Ula.
Mulanya Al Ula dikenal sebagai kawasan ‘berhantu.’ Kemudian pada 2020, MbS berusaha menyulap kawasan ini menjadi wisata melalui pembangunan Al Ula Journey Through Time Masterplan’ yang diharapkan selesai pada 2035.
Saudi disebut menggelontorkan modal hingga US$15 miliar atau sekitar Rp214 triliun untuk proyek kota bersejarah itu, demikian dikutip Arab News.
Proyek ini juga bertujuan untuk menggemukkan ekonomi Saudi hingga U$32 miliar atau Rp458 triliun, menciptakan 38 ribu lapangan kerja, menarik 2 juta pengunjung per tahun, dan memperluas populasi di daerah itu menjadi 130 ribu jiwa.
Al Ula terletak 1.100 kilometer dari Riyadh. Kota seluas 22.561 kilometer persegi ini merupakan situs warisan budaya kuno, termasuk Hegra, situs Warisan Dunia UNESCO pertama di Arab.