Wamenparekraf Angela Tanoesoedibjo secara resmi membuka Indonesia Event Management Summit (IVES) yang berlangsung 23-26 Februari 2023 di Jakarta Convention Centre, Jakarta.
Angela Tanoesoedibjo mengatakan bahwa perbaikan ekosistem event di Indonesia perlu dibarengi dengan langkah kolaboratif bersama seluruh stakeholder.
“Perbaikan ekosistem ini untuk menghadirkan penyelenggaraan event berkualitas. Karena dampak yang diberikan dari event sangat dirasakan oleh masyarakat baik secara ekonomi maupun penciptaan lapangan pekerjaan,” kata Wamenparekraf Angela Tanoesoedibjo.
Ia mencontohkan penyelenggaraan MotoGP yang digelar di Mandalika beberapa waktu lalu. Dari satu event tersebut dapat menghasilkan nilai tambah ekonomi diatas Rp4,5 triliun.
Begitu juga event F12HO yang akan diselenggarakan pada 24-26 Februari 2023 di Danau Toba, Sumatra Utara, mendorong pengembangan infrastruktur hingga kesadaran masyarakat untuk memperbaiki kualitas dari bisnis mereka demi menyambut kehadiran wisatawan yang berpartisipasi dalam F1H20.
Karenanya, sejumlah perbaikan ekosistem penyelenggaraan event perlu digarap. Utamanya dalam hal perizinan berbasis digital atau elektronik.
Perizinan digital diharapkan Wamenparekraf dapat memberikan kemudahan bagi pelaku industri, supaya semakin transparan dan akuntabel.
“Sebuah komitmen dari kami, juga arahan dari Presiden Joko Widodo bahwa kita harus mengaplikasikan digitalisasi perizinan event kedepan. Sehingga kawan-kawan penyelenggara juga mempunyai kepastian kedepannya ketika mereka merencanakan suatu event. Karena merencanakan event butuh waktu,” ujar Angela.
Selain perizinan, Wamenparekraf Angela juga menegaskan supaya standar penyelenggaraan event lebih tertata di masa mendatang.
Ini dikarenakan revenue atau pendapatan dari event musik Indonesia masih di bawah Singapura apalagi Australia. Padahal populasi Indonesia lebih besar dari kedua negara tersebut.
Berdasarkan data yang disampaikan Wamenparekraf, revenue event musik dari tiket online untuk Indonesia baru mencapai 43 juta dolar AS.
Sementara, Singapura berhasil meraih 63 juta dolar AS, dan Australia sebesar 535 juta dolar AS. Angka ini menjadi dorongan dan motivasi bagi para pemangku kepentingan terkait untuk bisa menghadirkan standar penyelenggaraan event yang lebih baik kedepannya.
“Bagaimana kita punya standardisasi dari segi kualitas, keamanan, yang dimana semua para pelaku event tidak hanya di kota besar, tapi juga di daerah-daerah harus memiliki standar yang sama,” katanya.
Angela berpesan agar ada standar yang inklusif. Hal ini agar mampu mendorong pertumbuhan banyaknya penyelenggaraan event khususnya di berbagai daerah.
“Saya yakin dengan adanya berbagai event ada pemerataan ekonomi ke daerah-daerah tersebut,” tutup Angela Tanoesoedibjo.