Tahun ini Rakornas BNPB mengusung tema “Penguatan Resiliensi Berkelanjutan dalam Menghadapi Bencana”. Tema ini diambil dalam rangka membangun kerangka sistem ketahanan bencana (disaster resilience) yang bersifat menyeluruh, yang didukung oleh kapasitas kelembagaan pemerintah, kemitraan lintas pemangku kepentingan, sistem data, ilmu dan teknologi, skema pembiayaan yang beragam, peran serta masyarakat dan kearifan lokal serta kolaborasi dengan komunitas global.
Selain itu, salah satu pembahasannya adalah mitigasi mengenai tantangan penanggulangan bencana saat ini yang semakin kompleks yang menuntut penanggulangan bencana lebih ekstra. “Tantangan dan ancaman bencana tak hanya dari faktor geologis, tetapi juga menghadapi ancaman hidrometeorologis yang dipicu oleh perubahan iklim global, ” begitu keterangan tertulisnya.
Dikutip dari laman BNPB, pada tahun 2020-2023 Indonesia dihadapkan pada tantangan penanggulangan bencana yang tak hanya diakibatkan bahaya dari alam, tetapi juga bencana yang disebabkan faktor non-alam yakni pandemi COVID-19.
Berdasarkan data dari Data dan Informasi Bencana Indonesia (DIBI), sepanjang tahun 2021 terdapat 2008 kejadian bencana yang terjadi dengan didominasi oleh bencana hidrometeorologi.
Setidaknya tercatat 769 jiwa meninggal dunia,72 orang hilang, dan 583.688 jiwa mengungsi. Tragedi bencana tersebut juga telah berdampak pada 145.091 rumah, 1.402 fasilitas pendidikan, 356 fasilitas kesehatan, dan 1.251 fasilitas peribadatan rusak akibat bencana yang terjadi.
Ditilik dari daerah bencana, Jawa Barat menjadi provinsi paling banyak terjadi bencana dengan jumlah 533 kali kejadian yang disusul oleh Sumatera Utara, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Aceh.
Rakornas 2023 juga sebagai sarana koordinasi antar BNPB dan BPBD beserta stakeholder terkait baik pusat maupun daerah dalam penyelesaian penanggulangan bencana.