Gelaran ARTJOG 2023 telah memasuki bulan kedua penyelenggaraannya. Setelah resmi dibuka pada 30 Juni 2023 lalu, sudah puluhan ribu pengunjung datang menikmati beragam karya seni rupa yang dirajut dalam Motif: Lamaran, sebuah pendekatan yang diterjemahkan oleh kurator dalam mengeksplorasi pola, gagasan, dan motivasi di balik karya seniman.
Pengunjung juga telah mengalami sejumlah peristiwa pertunjukan pada performa •ARTJOG, berinteraksi langsung dengan seniman, dan juga menikmati tur pameran bersama kurator ARTJOG 2023.
Koleksi karya commissioned artist, Mella Jaarsma (Yogyakarta), menjadi karya yang menyambut pengunjung dalam pameran ARTJOG 2023. Dinaungi tiga rumah limasan, ARTJOG menghadirkan karya Mella yang mengeksplorasi tentang bayangan, selubung, dan relasi raga dengan ruang di dalam arsitektur.
ARTJOG memamerkan karya-karya lama dan baru Mella sepanjang periode 2000 hingga 2023 seperti ‘SARA-swati II’ (2000) dan ‘The Follower’ (2002) hingga seri karya terbarunya bertajuk ‘Outskirts’ (2023).
Pada karya terbarunya ini, pengunjung dapat merasakan sensasi berhadapan, menginjak, serta menjadi bagian dari karya dengan memasukkan kaki dalam umpak penyangga limasan yang didesain khusus sebagai instalasi partisipatif dalam karya ‘Outskirt-Underworld’ (2023).
Motif Mella menjawab lamaran kurator ARTJOG tahun ini dapat disaksikandalam video artjog.id/outskirts
Melalui instalasi serta performance, karya-karya Mella menawarkan sensasi berbeda dengan melibatkan manusia dalam instalasi karyanya. Performans karya ‘Outskirt’ ditampilkan setiap hari Selasa, Kamis hingga Minggu, pada pukul 16.30-17.30 WIB.
Sedangkan performans karya ‘The Warrior’ di mana pengunjung bisa ikut menyantap sup miso yang disajikan, telah dua kali digelar di bulan Juli dan rencananya satu kali lagi di pertengahan bulan Agustus.
ARTJOG 2023 menghadirkan karya 73 seniman dengan beragam eksplorasi medium. Penulis dan penyair senior Goenawan Mohamad (Jakarta), misalnya, memamerkan koleksi sensus hantu Indonesia dalam seri ‘Kitab Hantu’.
Selain itu ada Dicky Takndare (Yogyakarta) berkolaborasi dengan The Sampari membuat karya instalasi ragam media bertajuk “AAAAAHHHHH” yang menjukstaposisikan wacana politis dalam Monumen Pembebasan Irian Barat dengan penjara dan tahanan politik di Papua Barat.
Menggunakan instalasi karyafotografi, Romi Perbawa (Magelang) dalam ‘Au Loim Fain’ menggambarkan realita serta konflik yang dialami pekerja migran Indonesia di Malaysia.
Untuk memfasilitasi perjumpaan langsung antara publik dan seniman, ARTJOG 2023 menggelar program Meet the Artist setiap pekan.
Selama bulan Juli, empat sesi program Meet the Artist telah digelar dan masih akan ada empat sesi lagi pada Agustus ini setiap hari Kamis pukul 16.00 WIB.
Seniman yang akan turut berpartisipasi adalah Novi Kristinawati (Yogyakarta) dan Ardi Gunawan (Jakarta) pada tanggal 3 Agustus, Erwin WinduPranata (Bandung) pada 10 Agustus, Ruth Marbun (Jakarta) dan Fitri DK (Yogyakarta) pada 17 Agustus, serta Butet Kartaredjasa (Yogyakarta) dan Anusapati (Yogyakarta) pada tanggal 24 Agustus 2023.
Untuk berpartisipasi dalam program ini, publik dapat melakukan pendaftaran melalui website ARTJOG.
Keterlibatan publik menjadi salah satu unsur penting dalam sebuah peristiwa seni. ARTJOG pun menampilkan beberapa karya partisipatoris yang mengundang keterlibatan aktif pengunjung dalam menikmati karya.
Karya Ipeh Nur (Yogyakarta) berjudul ‘Seperti Laut yang Gelap dan Misterius’ menawarkan pengalaman merangkak dalam lorong sempit gua sekaligus menjelajahi lukisan yang dibuatnya dari bahan alami di sekeliling dinding gua.
Terinspirasi dari situs lukisan gua tertua di Sulawesi Selatan, karya Ipeh menggambarkan kehidupan, ritual, dan simbol-simbol masyarakat bahari di Jawa Utara.
Sensasi keintiman antara ibu dan anak dihadirkan seniman muda salah satu pemenang Young Artist Award 2023 asal Bandung, Audya Amalia, dalam karyanya berjudul ‘THINGS LEFT UNSAID ON THE EDGE OF HER FINGERS’.
Menggunakan instalasi rambut sintetis, karya Audya mengajak audiens mengepang rambut lengkap dengan tutorialnya. Karya ini menawarkan sebuah pengalaman keintiman sekaligus merefleksikan persoalan identitas, feminitas, serta ikatan yang menyatukan manusia.
Merespon perkembangan teknologi, media sosial, serta pengaruhnya pada seni kontemporer, ‘ART INSTRUCTION PROJECT’ karya Franky Pandana (Medan) menampilkan teks-teks pendek berisi humor, ironi, dan sindiran mengenai praktik seni kontemporer.
Karya ini telah dimulai sejak 2021 dan telahmenghasilkan ratusan pesan pendek. Selama pameran berlangsung, Franky akan mengunggah satu instruksi baru setiap hari di akun Instagramnya @inifrankypandana yang juga akan ditampilkan di instalasi karyanya.
Mempromosikan semangat melawan diskriminasi dan rasisme, instalasi karya Bibiana Lee (Jakarta) mensimulasikan ruang sasana tinju dengan menghadirkan samsak, sarung tinju, dan poster.
Karya berjudul ‘I (don’t) SEE COLOUR’ memamerkan samsak tinju dengan pola tes buta warna bertuliskan kebencian, diskriminasi, prasangka, dan rasisme. Karya ini mengajak pengunjung memukul samsak sebagai metafora atas tindakan kekerasan yang kerap kali dilakukan atas dasar perbedaan warna (ras).
Untuk mengeksplorasi karya-karya seniman dalam ARTJOG 2023, publik dapat membeli tiket seharga Rp75.000,00 bagi orang dewasa dan Rp50.000,00 untuk anak berusia 6-16 tahun.
Sedangkan untuk anak-anak di bawah 6 tahun dibebaskan dari biaya tanda masuk. Tiket pameran dapat diperoleh melalui pembelian langsung di lokasi setiap harinya pada jam operasional pukul 10.00-21.00 WIB.
Informasi dan pendaftaran Program Publik ARTJOG 2023 dapat diakses melalui www.artjog.id