Sejarah Bali sebagai surga wisata dunia sudah mulai sejak era kolonial Belanda. Di Bali pula lah kolonial Belanda membangun hotel pertama di Nusantara.
Namanya Bali Hotel, dibangun pada 1927 sebagai tempat persinggahan para awak kapal perusahaan pelayaran Belanda yang bernama Koninkelijke Paketvaar Matschappij dengan 12 kamar.
Tahun 1942 Bali Hotel dibuka untuk umum, tahun 1956 berubah nama menjadi Natour Bali karena dibeli oleh PT Natour. Kemudian berubah nama lagi menjadi Hotel Inna Bali pada 1961 di bawah pengelolaan PT Hotel Indonesia Natour bagian dari Hotel Indonesia Group (HIG) salah satu BUMN.
“Hotel ini adalah hotel pertama yang dibangun di Bali yang bertaraf internasional,” kata I Nyoman Yuda Wirawan selaku General Manager, saat menerima rombongan wartawan dari Jakarta, Kamis (12/10).
“Jadi cikal bakal pariwisata Bali itu di Denpasar, bukan di Kuta, ” tambahnya.
Inna Bali Hotel merupakan kompleks bangunan yang dipisahkan dengan Jalan Veteran. Pada bagian barat jalan gedung dibangun dengan model arsitektur Eropa terutama pada bangunan lobby, kantor depan, dapur, ruang makan, dan kamar tidur.
Sedangkan pada timur jalan terdapat bangunan serba guna, kamar tidur. Di sini terdapat kamar istimewa (suite room) no 77 yang merupakan tempat peristirahatan Presiden Soekarno.
Inna Bali Hotel juga pernah digunakan sebagai tempat Konferensi Denpasar pada tanggal 18-24 Desember 1946 yang dihadiri oleh 13 utusan Daerah Timur Indonesia dan menghasilkan pembentukan Negara Indonesia Timur (NIT) dengan Presiden Tjokorde Gde Rake Soekawati.
Hotel itu sekarang bernama Inna Bali Heritage Hotel, menjadi saksi sejarah Bali prakemerdekaan. Begitu pula awal mula Bali menjadi surga pariwisata dunia.
Berdirinya hotel ini tak lepas dari ekspansi Belanda ke Pulau Dewata. Tujuan Belanda datang ke Indonesia adalah mencari kekayaan alam, khususnya rempah dan monopoli perdagangan melalui kongsi dagang Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC).
Kekalahan Bali dalam dua perang besar, yaitu Puputan Badung (1906) dan Puputan Klungkung (1908) menyebabkan Bali harus tunduk menyeluruh pada kekuasan kolonial Belanda. Belanda pun gencar mengembangkan infrastruktur demi memuluskan misi dagangnya di Bali, salah satunya pembangunan Bali Hotel.
Tempat Menginap Tokoh Dunia
Inna Bali Heritage Hotel pernah menjadi tempat persinggahan para negarawan dunia awal abad ke-20. Di barisan kamar deluxe di timur Jalan Veteran ini pernah menginap Ratu Elizabeth, Mahatma Gandhi, Jawaharlal Nehru, Soekarno, Soeharto saat masih menjadi Komandan Kostrad, Megawati Soekarnoputri, hingga Presiden RI saat ini, Joko Widodo.
Pada 23 Juli 1952, Soekarno pernah menjamu Presiden Filipina Elpidio Quirino. Uniknya, tokoh-tokoh dunia tersebut selalu menginap di kamar nomor 77 (dulunya nomor 50).
Lebih lanjut Yuda Wirawan menjelaskan komedian dunia, Charlie Chaplin, dan kakaknya, Sidney Chaplin, juga pernah bermalam di sini.
“Charlie Chaplin menginap di sini sekitar dua minggu lamanya. Itu pada tahun 1932. Di sini Charlie juga merayakan ulang tahun saudaranya, Sidney,” kata Yuda Wirawan.
Komedian legendaris ini merekam perjalanan mereka ke Bali dalam film hitam putih.
Hotel bintang tiga ini menjadi solusi penginapan ekonomis, tanpa meninggalkan kesan mewah dan antik.
Beragam pilihan ruangan bisa digunakan untuk rapat, jamuan makan, hingga pesta pernikahan. Ada Ruang Laksmi, Parwati, Gayatri, Puri Agung, dan Saraswati. Ruang Saraswati berkapasitas paling kecil, maksimal 30 orang, sedangkan Puri Agung berkapasitas paling besar, mencapai 300 orang.
Tata letak kamarnya dipertahankan sejak dulu sampai sekarang. Totalnya 76 kamar, meski nomor kamar dibuat sampai 77 karena kamar nomor 13 ditiadakan.
Lokasinya sangat strategis. Terletak di jantung Kota Denpasar, berdekatan dengan pusat pemerintahan, bisnis, belanja, dan hiburan. Ada pintu tembus ke kantor Gubernur Bali, di belakang hotel.