Seminar Indonesia Economic Outlook 2024 yang digelar akhir November 2023 lalu mengupas banyak hal tentang bagaimana ‘nasib’ perekonomian Indonesia di masa transisi pemerintahan yang baru.
Menko Perekonomian RI, Airlangga Hartarto dalam paparannya di sesi opening remarks lebih berfokus pada pembahasan mengenai cita-cita Indonesia Emas 2045.
“Indonesia dibekali oleh empat peluang besar yang mendukung cita-cita Indonesia Emas 2045,” ujar Airlangga.
Pertama, populasi yang besar, apabila dibekali dengan kualitas sumber daya manusia yang mumpuni akan menjadi strong multiplier untuk mencapai
cita-cita tersebut. Kedua, Indonesia dibekali dengan sumber daya alam yang melimpah.
Ketiga, nilai ekonomi Indonesia untuk bidang digital adalah yang terbesar di ASEAN. Dan terakhir, inovasi berperan sangat krusial untuk meningkatkan daya saing bangsa.
Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Abdurohman, menekankan bahwa kinerja perekonomian Indonesia tidak terlepas dari kondisi perekonomian global.
Tantangan perekonomian global yang terjadi saat ini di antaranya disebabkan oleh ketatnya likuiditas global, peningkatan tensi geopolitik, pandemi,
perubahan iklim, dan digitalisasi.
Abdurohman menambahkan bahwa masih terdapat tantangan yang harus diatasi, yakni tren perlambatan pertumbuhan ekonomi
Indonesia dalam jangka panjang.
Habib Rab, selaku World Bank Lead Economist for Indonesia and Timor-Leste, juga memaparkan bahwa kondisi Asia Timur dan Pasifik sudah mulai pulih di era pasca-pandemi dengan output yang lebih kecil dari perkiraan sebelum pandemi.
Namun, masih terdapat 3 tantangan utama yang harus dihadapi saat ini, yakni peningkatan utang di berbagai sektor, ketidakpastian kebijakan ekonomi RRC, serta penurunan ekspor dari RRC dan ASEAN.
“Indonesia telah menunjukan pertumbuhan pendapatan kuat di masa
lalu, tetapi Indonesia sedang mengalami penurunan tingkat pertumbuhan bersama dengan
banyak negara lain,” tambah Habib.
Langkah selanjutnya dalam membangun di atas dasar ini adalah reformasi daya saing berupa membuka pasar-pasar untuk terlibat di perdagangan global demi mendorong ekonomi Indonesia.
Di sektor riil, pemaparan dilakukan oleh Prodjo Sunarjanto, selaku Presiden Direktur PT Adi Sarana Armada, dengan judul “Strengthening The Production Supply Chain to Boost
Indonesia’s Competitiveness from the lens of Logistics Solutions Provider”.
Menurut Prodjo, tantangan yang dihadapi Indonesia dalam bidang produktivitas logistik, mencakup ODOL regulation, ketersediaan biodiesel, lokasi gudang, dan akses pendanaan.
Dari sektor fiskal, Ferry Irawan selaku Deputi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomian memfokuskan pembicaraan terhadap pembahasan mengenai pengaruh business cycle, kebijakan fiskal, dan APBN dalam perekonomian Indonesia yang tercakup dalam subtema “Optimizing the Fiscal Budget to Achieve Inclusive Development”.
“Deepening The Financial Market to Support National Economic Funding” menjadi judul dari pembahasan yang dipaparkan oleh Faisal Rachman, selaku Head of Macroeconomic and Financial Market Research PermataBank.
“Bank menjadi kunci dari financial deepening dan sumber masyarakat menghimpun saving, namun 51% populasidonesia masih unbanked,” ujar Faisal.
Selain menekankan pada budget deficit dan crowding-out, ia juga menegaskan pada upaya smoothing national economic financing dengan mendorong perusahaan bergerak dari sektor informal ke sektor formal, mengurangi ketergantungan pada domestic financing melalui tax reform, dan mengurangi saving investment gap melalui hilirisasi, serta peningkatan FDI.
Acara dilanjutkan dengan sesi panel discussion yang dipandu oleh Andhyta F. Utami, selaku Co-Initiator Bijak Memilih dan berfokus pada tema besar tahun ini, yaitu “Foreseeing The Next Episode : Enhancing Indonesia’s Economy Through The Government Transition”.
Terkait isu lapangan pekerjaan, Amin Subekti sebagai representatif dari kandidat Anies-Muhaimin menyatakan bahwa mereka ingin fokus pada
pertumbuhan sampai dengan titik pemerataan.
Sedangkan, Drajad Wibowo yang
merupakan representatif dari kandidat Prabowo-Gibran menyatakan bahwa pihak mereka memiliki pandangan strategis terkait perubahan iklim dan bonus demografi jangka pendek serta menjadikan penduduk usia produktif Indonesia menjadi agen pertumbuhan.
Andi Widjajanto, Tim pemenangan Ganjar-Mahfud menambahkan bahwa fokus mereka akan terarah pada supply and demand, fokus pada classical labor theory, dan bagaimana menyediakan 17 juta pekerja dalam 5 tahun ke depan serta lapangan kerja yang nyaman.
CEO dari ASAKREATIVITA dan Former Lead Economist at World Bank, Vivi Alatas, berpendapat bahwa kebanyakan masyarakat Indonesia mendapatkan lapangan pekerjaan
tidak dari networking.
Ia juga menekankan pada pembahasan mengenai bagaimana menyediakan pekerjaan paruh waktu-khususnya bagi perempuan.
Menanggapi hal tersebut, Mohammad Revindo, selaku Deputy Head of LPEM FEB UI menanggapi bahwa terdapat isu yang lebih penting, yaitu kedaulatan pangan yang cenderung kurang
diutamakan pada periode kedua pemerintahan Jokowi.
Revindo menyatakan harapannya tentang narasi kedaulatan dapat menguat dan bukan soal ketahanannya.