Salah satu rangkaian acara Waisak 2568 BE/2024 adalah pengambilan air berkah Waisak di Umbul Jumprit, Ngadirejo, Kabupaten Temanggung. Prosesi pengambilan air ini dilakukan pada Rabu (22/5).
Alunan pendarasan doa dengan Sutra Mantra dan darani terdengar berkumandang di kawasan Umbul Jumprit sebagai tanda dimulainya prosesi pengambilan air berkah oleh puluhan Bhikkhu, Bhikkhuni, dan umat Buddha Indonesia dari berbagai majelis.
Diawali dengan penyalaan dupa dan lilin panca warna oleh perwakilan majelis, prosesi ritual berlangsung dengan khidmat. Selanjutnya, para Bhikkhu dan Bhikkhuni mengambil air bekah yang berjarak kira-kira 20 meter dari tempat ritual.
Mereka bergiliran berjalan ke arah Sendang berbentuk gua tempat mata air mengalir.
Tampak dupa-dupa menghiasi tebing di bawah pohon cemara dan beringin tua berusia puluhan tahun sepanjang jalan menuju Sendang. Para Bhikkhu lalu mengambil air berkah dan dimasukkan ke dalam kendi berhias bunga melati dengan gayung batok kelapa berenda.
Turut hadir menyaksikan, Direktur Urusan dan Pendidikan Agama Buddha Kementerian Agama RI Nyoman Suriadarma. Dia menyampaikan bahwa pengambilan air suci tersebut akan dibawa dan disemayamkan serta disakralkan di Candi Mendut bersama api abadi Mrapen.
“Esensi sesungguhnya dari air ialah sesuatu yang sangat jernih, bening. Karenanyalah memberikan internalisasi diri kita, penyadaran pada diri kita bagaimana ketika menghadapi waisak dan kehidupan sehari-hari kita mampu selalu pikirannya jernih. Hal-hal yang menjadi beban dalam kehidupan kita tinggalkan, agar pikiran dan hati kita jernih,” katanya.
Menurut Nyoman, air melambangkan suatu untuk kerendahan hati, karena air itu mengalir mengikuti jalan dan lembah ke mana pun mengalir air itu, ada kerendahan hati ada di situ.