Follow Eventguide.id untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel
EVENTGUIDE.ID – Indonesia Economic Outlook 2025 telah menggelar konferensi pers di salah satu rangkaian acara utamanya, National Seminar yang mengangkat tema “Beyond the Ballot: Redefining Indonesia’s Economic Prosperity Under the New Government.”
Konferensi pers dan doorstop interview dihadiri oleh sederet pembicara dari berbagai lembaga dan institusi terkait seperti Yenny Wahid (Director of Wahid Foundation), Prof. Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro, S.E., M.U.P., Ph.D. (Special Advisor to The President in Economics), dan M. Arsjad Rasjid P.M., B.S., B.B.A. (Chairman of the Indonesian Chamber of Commerce and Industry (KADIN)).
Para narasumber ahli ini menyampaikan pandangannya perihal kebijakan perekonomian Indonesia untuk kedepannya di tengah fluktuasi perekonomian dan transisi pemerintahan.
Sesi konferensi pers National Seminar IEO’25 dibuka oleh Yenny Wahid terkait penekanan pentingnya pendekatan inklusif dalam pembangunan ekonomi yang berorientasi pada keadilan dan kesejahteraan masyarakat.
Putri Gus Dur ini menyoroti perlunya diversifikasi ekonomi dengan fokus pada sektor padat karya dan energi terbarukan guna menciptakan lapangan kerja berkelanjutan dan mendorong pemerintah untuk menyediakan pelatihan bagi tenaga
kerja yang terdampak oleh otomatisasi.
Ditegaskan kembali oleh Yenny Wahid bahwa pertumbuhan ekonomi harus diiringi dengan penerapan kebijakan ekonomi hijau yang terukur, didukung
oleh infrastruktur yang ramah lingkungan.
Ia juga menyerukan penguatan inklusi
keuangan hingga ke pelosok desa, agar manfaat pembangunan dapat dirasakan secara merata dan mendukung transformasi digital sebagai katalisator pertumbuhan inklusif menuju Indonesia Emas 2045.
Di sesi doorstop interview IEO 2025, Bambang Brodjonegoro menegaskan pentingnya produktivitas sumber daya manusia (SDM) sebagai penentu utama keberhasilan visi ekonomi Indonesia Emas 2045.
Bambang menggarisbawahi bahwa bonus demografi—dengan mayoritas 70%-75% penduduk berusia produktif—harus diiringi peningkatan kualitas pendidikan dan akses kesehatan yang lebih baik, termasuk angka harapan hidup yang kini berada di 72 tahun.
“Transformasi digital juga harus menjadi katalis utama, terutama dengan 60%-65% populasi telah memiliki akses internet, sehingga percepatan ini dapat mendukung produktivitas secara signifikan,” jelasnya.
Bambang juga mendorong pemerintah untuk fokus pada pendidikan dasar dan kesehatan yang merata, sebagai landasan utama dalam upaya membangun sumber daya manusia Indonesia yang lebih kompetitif dan kompeten secara global.
Sesi doorstop interview dilanjutkan dengan pandangan Arsjad Rasjid terkait pentingnya peran dan kesiapan SDM dalam mendukung visi Indonesia Emas 2045, terutama dalam memastikan
program pendidikan dan pelatihan vokasi berjalan dengan baik.
Menurutnya tidak semua orang bisa mengakses pendidikan sarjana, sehingga penting untuk ada standarisasi di sekolah vokasi, meskipun saat ini implementasinya masih terbatas.
“Mengingat tantangan global seperti
perkembangan kecerdasan buatan (AI) yang berpotensi mengurangi jumlah lapangan pekerjaan, maka penting untuk memastikan sumber daya manusia yang ada agar siap dan bisa menyesuaikan dengan kebutuhan industri”.
Menyoal pemberlakuan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang mulai diterapkan tahun depan, meskipun undang-undang ini dibuat dalam
konteks ekonomi yang berbeda, perlu dipertimbangkan kembali dampaknya terhadap daya beli masyarakat, terutama kelas menengah yang semakin tertekan.
Sementara itu, bergabungnya Indonesia dalam OECD dan BRICS dapat membawa dampak positif, karena
bisa memastikan Indonesia mengikuti standar internasional serta memperkuat hubungan dengan negara lain yang mendukung pertumbuhan ekonomi.
Hal tersebut diselaraskan dalam pencapaian visi Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, yaitu zero poverty pada tahun 2045 dan pertumbuhan ekonomi sebesar 8% dalam lima tahun.
Salah satu rangkaian acara utama Indonesia Economic Outlook 2025, yaitu National Seminar telah sukses terlaksana pada Senin, 2 Desember 2024 di Auditorium R. Soeria Atmadja Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia.
Acara ini turut diperkaya oleh pandangan-pandangan dari para narasumber ahli lainnya baik dari dalam maupun luar negeri, seperti Romi F. Peranginangin (Executive Analyst Bank Indonesia), Wael Mansour (Senior Economist at The World Bank), Kristiyanto (Lead Policy Analyst in the Directorate General for Economic and Fiscal Strategy), dan Dian Ayu Yustina
(Department Head of Macroeconomic and Financial Market Research at Mandiri Office of Chief Economist).
Hadirnya Indonesia Economic Outlook 2025 pihak penyelenggara berharap rangkaian acara National Seminar ini dapat memberikan kontribusi nyata dalam mendorong pembangunan ekonomi Indonesia yang inklusif, berkelanjutan, dan mendukung tercapainya visi Indonesia Emas 2045.