Follow Eventguide.id untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel
EVENTGUIDE.ID – Jakarta Future Festival (JFF) telah berlangsung selama 3 hari pada 13-15 Juni 2025 di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta.
Wakil Menteri Ekonomi Kreatif (Wamenekraf), Irene Umar saat menghadiri gelaran yang digagas bersama Bappeda DKI Jakarta, Kementerian Ekraf, Karsa City Lab, Urun Daya Kota, dan Plus Jakarta ini mengatakan acara ini menghadirkan ide besar, gagasan segar, dan pertunjukan menggelegar dengan kehadiran para tokoh, kreator, dan pemimpin perubahan.
“Bagi pejuang ekraf, Jakarta adalah sebuah kanvas untuk berkreasi. Contohnya, saat kita ingin mengadakan seni pertunjukan tentu Taman Ismail Marzuki atau banyak gedung kesenian lain di Jakarta yang keren bisa digunakan. Apalagi saat kita mulai membuat acara dari hati seperti perhelatan Jakarta Future Festival tahun ini,” ujar Wamenekraf Irene saat menjadi pembicara pada sesi Future Talk.
Tahun ini, Jakarta Future Festival mengangkat tema Collaborate to Elevate sebagai bentuk untuk melangkah kolaborasi bersama demi menciptakan Jakarta naik kelas atau terelevasi.
Sesi pertama Future Talk memulai diskusi pengembangan kota Jakarta yang inklusif, kreatif, dan progresif.
Irene menambahkan bahwa Jakarta merupakan kota kosmopolitan karena menjadi pusat pertemuan budaya, etnis, dan ekonomi beragam yang hidup selama 24 jam. Meski secara resmi Jakarta akan berusia 498 tahun, tetapi Irene selalu merasa Jakarta masih berusia 22 tahun.
“Ibarat manusia, Jakarta itu masih berumur 22 tahun. Kota yang masih muda, tapi bisa memunculkan banyak ide eksplorasi bagi dunia. Jakarta tak perlu takut untuk bereksperimen atau berinovasi. Jakarta bisa sebagai cosmopolitan city yang aktivitasnya dari pagi sampai malam hari selalu dihiasi dengan kreasi dan kreativitas,” imbuhnya.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Pemerintah Provinsi Jakarta, Atika Nur Rahmania, menambahkan, Jakarta harus move up creativity menuju kota global yang inklusif dan berkelanjutan.
“Hubungan Jakarta dengan warganya ternyata tak sepenuhnya transaksional, justru didorong oleh cinta. Kami ingin membangun kota dari organic relationship sebagai dasar atau fondasi menuju kota global,” kata Atika.
“Saya banyak dibantu oleh Ibu Irene Umar dalam merumuskan Jakarta Future Festival karena kami yakin bahwa kolaborasi bisa diimplementasikan dan memberi dampak nyata lebih luas pada masyarakat,” lanjutnya.
Sementara, Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia, Veronica Tan, menyampaikan bahwa untuk membangun kota Jakarta harus dimulai dengan mencintai dan menghargai sesama manusia karena Jakarta sebagai rumah dengan kultur yang beragam.
“Kalau bukan kita sendiri yang mencintai negara Indonesia dan mencintai kota Jakarta, lalu siapa lagi? Konsep yang harus kita pikirkan ialah people oriented, membangun kota untuk generasi penerus agar tercipta sustainability,” ungkap Veronica Tan.
Salah satu pembicara yang hadir dalam sesi tersebut, Founder & CEO Think Policy, Andhyta F. Utami menyampaikan kecintaan terhadap kota Jakarta harus diwujudkan dengan komitmen dan kebersamaan.
“Definisi cinta itu sebenarnya bukan hanya melihat kesempurnaan, tetapi kita bicara tentang rasa kepemilikan terhadap kota yang kita tinggali. Bila masa depan Jakarta itu adil, inklusif, dan hidup, maka kita harus bisa memanfaatkan infrastruktur, tata letak kota, serta ruang-ruang publik seperti perpustakaan maupun taman yang lebih accessible. Plus kolaborasi atau co-creation dengan banyak komunitas yang berkembang di Jakarta,” ucap Andhyta.
Jakarta Future Festival (JFF) ingin mensosialisasikan potret rencana pembangunan Jakarta menuju Top 20 Kota Global pada 2045.
Lebih dari 300 kolaborator, 203 narasumber, dan 11 pembicara internasional akan membahas 50 topik diskusi dan 40 aktivasi komunitas sebagai rangkaian menuju perayaan 500 tahun Jakarta.