
Follow Eventguide.id untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel
EVENTGUIDE.ID-Ibadah dan Cinta, film terbaru produksi Multi Buana Kreasindo (MBK) dan Sinemata Buana Kreasindo (SBK) Productions tengah memulai syutingnya di Indonesia dan Australia.
Sebelumnya kerja sama produksi ini sudah menghasilkan film siap tayang, seperti: Pengin Hijrah (rilis Oktober 2025), The Bell: Panggilan untuk Mati dan Ghost Soccer: Bola Mati, film komedi horor yang melibatkan Shin Taeyong sebagai cameo.
Ibadah dan Cinta (IDC) juga menjadi film keempat dari produksi kerja sama di bawah bendera Sinemata Buana Kreasindo (SBK) Productions.
Seperti tiga film sebelumnya yang mengambil lokasi produksi di Tashken, Bukhara, Samarkan, Belitung, Bogor, film IDC juga memilih salah satu lokasi produksi di Melbourne, Australia.
“Beberapa titik lokasi di Melbourne, belum pernah hadir di film-film Indonesia. Di antaranya adalah dataran tinggi Grampians (tiga jam dari Melbourne, Red),” jelas Rendy Gunawan, Produser film IDC.
Lokasi eksotis dan secara visual menawan menjadi latar lokasi yang akan memperkuat cerita film IDC. Lokasi lain di antaranya adalah Port campbell dan Twelve Apostles.
Melbourne bukan sekadar keeksotisannya dipilih sebagai lokasi produksi, namun kota ini menghadirkan nuansa yang kuat dalam mendukung cerita sang tokoh utama seperti semangat dan benang merah cerita.
Sedangkan pengambilan gambar untuk lokasi pesantren, tim produksi Sinemata Buana Kreasindo (SBK) memilih Pesantren Darunnajah, Cipining, Leuwiliang, Bogor sebagai pilihan lokasi produksi. Termasuk beberapa titik lokasi produksi di Tapos, Bogor, Cigombong dan Sukabumi.
IDC menawarkan kisah tentang gap atau perbedaan budaya yang dihadirkan dan menjadi problematik di film drama romantis religi yang disutradarai Jastis Arimba ini.
Kisahnya bermula saat Rico anak muda Australia keturunan Indonesia, mengikuti sahabatnya yang sudah selesai studi-nya. Ia merasa menjadi lelaki asing setelah melihat kehidupan tradisi pesantren yang kuat.
Ia juga bertemu dengan Santun, perempuan yang mampu menggetarkan hatinya, dan jatuh cinta. Keduanya merasa memiliki problem yang sama, yaitu menghadapi kekerasan hati sang Bapak.
Pada akhirnya bahwa memperjuangkan cinta apapun bentuknya, hakikatnya adalah bagian dari perjalanan ibadah yang harus dilewati, bukan dihindari.
Rendy Gunawan menegaskan film IDC akan menyelesaikan proses produksinya dalam 25 hari.
“Kami ingin menuntaskan produksi film ini semenarik mungkin. Karena target kami adalah bisa tayang di awal tahun 2026,” ungkap Rendy Gunawan.
Workshop selama 12 hari menjadi, modal memberikan sentuh chemistry bagi pemain dan dialog yang bernas di setiap adegan.
Skenario yang kuat, pemain dan karakter yang solid, serta lokasi produksi menawan, menjadi awal perjalanan film IDC dalam memberi khasanah hiburan bagi penonton film Indonesia.
Film ini menawarkan warna berbeda dalam mengemas cerita religi menjadi film yang menghibur, sebagai tontonan dan tuntutan.
Penasaran? Tunggu saja tanggal mainnya.