Cimory Grup belum lama ini menghadirkan produk terbarunya berupa susu UHT bebas laktota. Susu ini ditujukan bagi konsumen yang tak toleran terhadap lakstosa.
Farell Sutantio, Presiden Direktur Cimory menjelaskan, kebanyakan orang dewasa atau sekitar 68% dari populasi dunia, mengalami malabsorpsi laktosa. Menurutnya intoleransi laktosa dapat membuat seseorang sangat tidak nyaman, tetapi perubahan kecil dalam pola makan dapat membantu mengatasi masalah tersebut.
Farell menegaskan Cimory sebagai produsen produk makanan dan minuman kemasan berbasis susu, mengedepankan riset, inovasi dan ilmu pengetahuan sehingga sebagai perusahaan, Cimory bisa terus beradaptasi dengan perubahan dan tren yang terjadi.
“Susu UHT Cimory produksi kami bebas Laktosa. Susu UHT ini mengandung 100 persen kebaikan susu sapi namun bebas laktosa.Varian minuman kemasan ini terasa segar, creamy dan manis alami karena kekecewaan umum konsumen ketika mengonsumsi susu bebas laktosa adalah rasa dan teksturnya yang tidak seperti susu biasa,” jelas Farell Sutantio.
Ditambahkan Lidwina Tandy, Marketing Manager Cimory Indonesia tercatat sekitar 95 persen orang Asia sebagai salah satu negara dengan tingkat toleransi laktosa tertinggi.
“Susu UHT Cimory Bebas Laktosa diproduksi dengan penambahan enzim laktase agar kemudian mudah diresap oleh tubuh menjadi sumber energi, sehingga mereka yang tidak toleran laktosa, bisa tetap memenuhi kebutuhan nutrisi yang terdapat pada susu dengan aman dan nyaman,” ungkap Lidwina Tandy.
Lalu adakah persamaan antara alergi susu dengan intoleransi laktosa? dr. Adam Prabata menjelaskan intoleransi laktosa bukanlah alergi susu. Namun, keduanya memiliki gejala yang sama, hanya kondisinya berbeda samasekali. Intoleransi laktosa adalah masalah pencernaan sedangkan alergi susu melibatkan sistem kekebalan tubuh.
“Jadi, sementara intoleransi laktosa dapat menyebabkan banyak ketidaknyamanan, itu tidak akan menghasilkan reaksi yang mengancam jiwa sebagaimana yang mungkin dihasilkan oleh alergi,” terang dr Adam Prabata.