Kemenparekraf/Baparekrah tengah gencar mensosialisasikan penetapan Hari Ekonomi Kreatif Nasional (HEKRAFNAS). Salah satunya melalui talkshow lintas sektor bertajuk “Sosialisasi Menuju Penetapan Hari Ekonomi Kreatif Nasional” di Hotel Aryaduta, Menteng, Jakarta, Rabu (7/6/2023).
Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno dalam pernyataannya saat Sosialisasi Menuju Penetapan Hari Ekonomi Kreatif Nasional menjelaskan, Hari Ekonomi Kreatif Nasional segera diusulkan bersama untuk diperingati setiap 24 Oktober.
“Ini adalah momen untuk merayakan ekonomi kreatif agar mendorong pertumbuhan dan perkembangan ekonomi kreatif secara berkelanjutan untuk menuju Indonesia Emas 2045,” kata Sandiaga dalam sambutannya.
Lebih lanjut Sandiga mengatakan hal ini sesuai dengan semangat yang disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam WCCE di Bali beberapa waktu lalu. Bahwa ekonomi kreatif adalah tulang punggung ekonomi dan masa depan bangsa Indonesia.
“Kami mengapresiasi sinergi dan kolaborasi yang dilakukan oleh Kemenparekraf bersama seluruh stakeholders khususnya asosiasi dan pelaku di 17 subsektor untuk mewujudkan penetapan HEKRAFNAS,” ujar suami Asia Uno ini.
“Saya berharap HEKRAFNAS menjadi ruang bersama para pelaku ekraf untuk berkolaborasi dan bersinergi dalam membangun ekosistem yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi nasional,” lanjutnya. .
Sekretaris Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Kemenparekraf/Baparekraf, Riwud Mujirahayu, menjelaskan ekonomi kreatif menjadi salah satu sektor yang sangat penting dan menjadi tulang punggung dalam perekonomian Indonesia.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2020, kontribusi ekonomi kreatif terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencapai sekitar 7,4 persen dengan nilai sekitar Rp1.087 triliun.
Selain itu, sektor ekonomi kreatif juga memberikan kontribusi besar terhadap penciptaan lapangan kerja, dimana pada tahun yang sama tercatat sekitar 17,6 juta orang bekerja di sektor ekonomi kreatif.
“Kekuatan ekonomi kreatif Indonesia berasal dari keanekaragaman budaya dan seni yang sangat kaya, sehingga menjadi salah satu keunggulan dalam mengembangkan sektor ekonomi kreatif,” tandas.
Talkshow lintas sektor tersebut juga menghadirkan narasumber Anggota Komisi X DPR RI Himmatul Aliyah, Staf Ahli Bidang Manajemen Krisis Kemenparekraf Fadjar Hutomo, Pelaku Ekraf subsektor kuliner atau owner Viera Oleh-Oleh, Musisi Dwiki Dharmawan, dan Peneliti Kebijakan Publik LPPM IPMI Sudarmawan Samidi.
Fadjar Utomo menambahkan HEKRAFNAS membutuhkan ekosistem yang solid. Di dalamnya ada pemasaran dan permodalan yang sangat dibutuhkan para pelaku ekonomi kreatif.
“Ekosistem ada, pemasaran dapat menghasilkan value atau nilai dan itu akan mempermudah mendapatkan modal dari perbankan,” ungkap Fadjar Utomo.
Sementara Dwiki Dharmawan mengatakan musik sebagai salah satu subsektor Ekraf memiliki peluang besar memajukan Indonesia dimata dunia .
“Budaya Indonesia sangat kaya dan beragam. Begitupula musik Indonesia akan mendunia karena memiliki musik berbasis budaya,” ujarnya.