Selain menjadi event pembuka untuk kembali mempromosikan pariwisata setelah 2 tahun tertunda akibat pandemi Covid-19, Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, membawa misi Festival Gedong Songo untuk menggerakan generasi millennial mencintai kesenian dan kebudayaan yang dirasa mulai terkikis oleh perkembangan era digital.
Dewi Pramuningsih, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang saat menghadiri perayaan hari jadi Himpunan Anak Media (HAM) Jakarta di Kampoeng Kopi Banaran pada hari Selasa (23/11/2014) menyatakan, Festival Gedong Songo dijadikan momentum membangkitkan kembali pariwisata Kabupaten Semarang.
Kondisi pariwisata Kabupaten Semarang, selama pandemi Covid-19 sangat terpuruk. Festival Gedong Songo yang berlangsung dari tgl 23-24 November 2021 ini menjadi langkah strategis untuk membangkitkan kembali promosi pariwisata daerah kami,.
Sebelum pandemi, festival yang memasuki tahun ke-empat ini setiap tahunnya mengalami peningkatan jumlah kunjungan wisatawan yang cukup signifikan. “Di tiga tahun terakhir, Festival Gedong Songo meningkat antara 30-40 persen. Pada penyelenggaraan kali ini pasti menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” terangnya.
Apalagi, tambah Kadispar Dewi, Kabupaten Semarang sekarang ini pada level 1 dimulai pada bulan November, kemudian event ini pun menjadi uji coba pertama dimasa pandemi banyak yang dibatasi mulai dari jumlah peserta, dan wisatawan sebagaimana aturan protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah.
“Kita belum berani buka semuanya. Kalau uji coba kan sifatnya on-off atau buka-tutup. Ketika dalam posisi sudah agak membahayakan maka kita off atau tutup. Festival ini juga upaya memperkenalkan pariwisata ke masyarakat agar tidak takut berwisata karena kami memberikan kepercayaan dengan cara berwisata yang sehat dan aman,” tambahnya.
Setiap wisatawan yang berkunjung ke kawasan Gedong Songo, wajib mematuhi protokol kesehatan, kemudian wajib mengunduh atau download aplikasi peduli lindungi, dan lain sebagainya.
Menyesuaikan dengan kondisi pandemi, jumlah peserta yang mengisi atraksi kesenian dan kebudayaan pun di batasi. Hari pertama ada 3-4 Kecamatan, selebihnya pada hari kedua. Pada kali ini tidak dapat menampilkan kesenian semua harus bergantian.
“Sebenarnya kita ingin menampilkan semua kesenian-kesenian dan kearifan lokal yang ada di Kabupaten Semarang ke masyarakat khususnya pada generasi muda agar mereka cinta terhadap seni budaya,” terangnya.
Ia pun mengaku sulit dan terbatas ruang geraknya karena selama pandemi tidak bisa sama sekali menyelenggarakan event. Untuk itu, tahun ini Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang pun tidak ada penambahan event semuanya diselenggarakan secara virtual.