Follow Eventguide.id untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel
EVENTGUIDE.ID – Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) kembali hadir mulai 15 Mei 2025 hingga 14 Juni 2025.
Sesuai gelarannya memasuki usia ke-10 tahun, FSAI akan digelar di 10 kota di Indonesia yaitu Jakarta, Mataram, Bandung, Surabaya, Manado, Makassar, Padang, Denpasar, Yogyakarta, dan Semarang.
Menekraf Teuku Riefky Harsya yang hadir dalam media launch FSAI 2025 mengatakan film bukan sekadar tontonan menghibur tapi juga bisa membuka prospek bagi anak muda bekerja di balik layar sekaligus menjadi ruang kolaborasi antarnegara.
“Kami optimistis bahwa FSAI dapat menjadi katalisator bagi peningkatan kerja sama ekonomi kreatif antara Indonesia dan Australia serta mempromosikan warisan budaya dan kreatif kedua negara,” ujar Menekraf Teuku Riefky di CGV Pacific Place, Jakarta pada Jumat, 9 Mei 2025.
FSAI lanjut Riefky, industri perfilman Indonesia tengah menunjukkan momentum pertumbuhan yang semakin baik.
Merujuk data dari Cinepoint, jumlah penonton film Indonesia tahun 2024 mencapai 82 juta lebih. Sebanyak 21 film Indonesia di tahun tersebut tembus lebih dari 1 juta penonton.
Sedangkan untuk tahun 2025, masih berdasarkan Cinepoint per 9 Mei 2025, jumlah penonton film Indonesia sudah mencapai 33,9 juta lebih atau 41 persen dari total jumlah penonton Indonesia tahun lalu.
Melihat geliat tersebut, Riefky percaya FSAI sangat relevan sebagai salah satu upaya mempromosikan subsektor film yang menjadi prioritas ekonomi kreatif.
“Ini menunjukkan ada ruang yang luas dan menjanjikan bagi kolaborasi antara industri perfilman Indonesia dan Australia, seperti melalui koproduksi film, pertukaran sineas, dan distribusi film di kedua negara,” ucapnya.
FSAI 2025 juga memberikan kesempatan bagi mahasiswa film, pembuat film baru, dan masyarakat umum untuk belajar dari para pembuat film dan akademisi Australia, serta alumni Australia di sesi masterclass.
“Saya berharap langkah itu menjadi strategis sebagai wadah memperkuat ekosistem perfilman dan meningkatkan kesadaran global tentang keunikan budaya dan kreativitas Indonesia,” ujarnya.
Sementara, Duta Besar Australia untuk Indonesia Roderick Brazier menyebut momentum 1 dekade FSAI membuka ruang kolaborasi yang besar bagi Australia dan Indonesia untuk meningkatkan kerja sama dalam bidang perfilman.
“Adanya kerja sama yang lebih erat, kami percaya bahwa industri film Australia dan Indonesia dapat menjadi contoh bagi industri kreatif lainnya dalam memperkuat hubungan bilateral antara kedua negara,” kata Roderick Brazier.
Agenda tahunan yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Australia di Indonesia sejak tahun 2016 itu akan menampilkan film-film terbaik Australia ke Indonesia.
Secara keseluruhan, tahun ini FSAI akan memutar sebanyak 7 film yang terdiri dari 5 film Australia dan 2 film Indonesia.
Kelima film Australia yang akan tayang yakni The Dry, The Lost Tiger, Runt, Late Night with The Devil, dan A Royal in Paradise.
Sementara dua film Indonesia yang terpilih tahun ini datang dari Visinema Pictures.
Dua film karya Angga Dwimas Sasongko berjudul Mencuri Raden Saleh dan Heartbreak Motel dapat disaksikan kembali di layar lebar.
Tiket pemutaran film dan acara ini tidak dipungut biaya, dengan jumlah kursi yang terbatas.
Informasi mengenai pendaftaran program masterclass atau pemesanan tiket bisa dilakukan melalui FSAI.id.