Follow Eventguide.id untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel
EVENTGUIDE.ID- Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia bertemu Bambang Soesatyo atau Bamsoet mengutarakan rencana pembuatan film nasional tentang Bung Hatta dan Jenderal Sudirman.
“Indonesia membutuhkan lebih banyak film sejarah yang mampu menghidupkan kembali memori kolektif bangsa, khususnya di kalangan anak muda yang semakin jauh dari akar identitas nasional. Ini merupakan upaya strategis menyelamatkan narasi kebangsaan di tengah gempuran informasi global yang kerap mengikis rasa nasionalisme generasi muda,” ujar Bamsoet.
Hadir antara lain Meutia Hatta (Puteri Moh. Hatta), Antarini Malik (Puteri Adam Malik), Ganang P. Soedirman (Cucu Jenderal Soedirman), Melani Leimena Suharli (Puteri J. Leimena), Indah HA Soedadi (Cicit Wahidin Sudirohusodo), Roy R. Yamin (Cucu M. Yamin), Margareth E. Lukas (Keponakan Laksda. John Lie) serta Widowati Soedjoko (Cucu GSSJ Ratulangi).
Ketua IMI ini menjelaskan, nama Bung Hatta sebagai proklamator kemerdekaan bangsa Indonesia kerap tenggelam oleh figur-figur revolusioner lainnya.
Padahal, Bung Hatta adalah sosok negarawan visioner. Seorang ekonom kerakyatan, demokrat sejati, dan tokoh moral yang memilih hidup sederhana meski memiliki posisi politik tertinggi sebagai Wakil Presiden pertama Republik Indonesia.
“Inilah pentingnya Bung Hatta harus ‘dihidupkan kembali’ melalui media digital yang dekat dengan publik, yakni film nasional,” kata Bamsoet.
“Bung Hatta tidak hanya sosok pemberani, tetapi juga pemikir besar. Nilai strategis pemikiran Bung Hatta tentang demokrasi, keadilan sosial, dan ekonomi kerakyatan diyakini relevan bagi masa kini, terutama di tangan generasi Alfa dan Z,” sambungnya.
ia menambahkan, fakta dilapangan menunjukkan bahwa jarak generasi muda dengan sejarah bangsanya kian melebar. Survei Litbang Kompas pada tahun 2023 mengungkap bahwa hanya 34% responden muda usia 17–25 tahun yang mampu menyebut lima nama pahlawan nasional beserta peran sentral mereka secara tepat.
Sementara lebih dari 60% responden mengaku lebih mengenal tokoh-tokoh populer dari luar negeri melalui media sosial dibanding tokoh sejarah Indonesia.
Menurutnya mengenang pahlawan tidak berarti memuja masa lalu secara membabi buta. Justru sebaliknya, nilai-nilai perjuangan itu harus dikontekstualisasikan dalam tantangan bangsa hari ini.
“Melawan ketidakadilan sosial, memperjuangkan pendidikan merata, menolak korupsi, hingga membela hak-hak minoritas adalah bentuk perjuangan modern yang berakar dari semangat para pahlawan,” pungkas Bamsoet.