Serangkaian agenda siap dilaksanakan, termasuk dialog dan konferensi dengan fokus pada berbagai topik seperti menangani diskriminasi untuk pembuatan kebijakan kesetaraan gender, pemberdayaan ekonomi perempuan, pertumbuhan ekonomi inklusif bagi perempuan pedesaan dan perempuan dengan disabilitas, dan pendampingan bisnis. KTT W20 juga siap menyampaikan Komunike W20 kepada Presiden RI sebagai pemimpin G20.
Sejumlah pejabat tinggi dijadwalkan akan hadir di pertemuan tersebut. Diantaranya Menteri KPPPA RI, Bintang Puspayoga, Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi RI, Luhut Pandjaitan, Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani, Menko Bidang Perekonomian RI, Airlangga Hartarto, Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat, Menko Parekraf RI, Sandiaga Uno, Menko UKM RI, Teten Masduki, Ketua DPR RI sekaligus Chair P20 Indonesia, Puan Maharani, serta Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi.
Sederet tokoh internasional dari 18 negara anggota G20 pun akan hadir pada perhelatan W20 Summit ini. Beberapa di antaranya adalah Andrea Grobocopatel dari Argentina, Caitlin Byrne dari Australia, Martine Marandel dari Perancis, Juliana Rosin dari Jerman, Pam Rajput dan H.E. Manoj Kumar Bharti dari India, Lester Asamoah dari United Stated of America, dan Narnia Bohler-Muller dari Afrika Selatan.
Chair W20 Indonesia, Hadriani Uli Silalahi mengatakan, W20 adalah engagement group pertama dari Group of Twenty (G20) yang mengadakan kick off pada Desember 2021 yang lalu, sekaligus pertama juga menyelesaikan summit. Dari rangkaian gelaran pertemuan berskala internasional tersebut, W20 juga merupakan engagement group pertama yang telah menghasilkan komunike.
“Dokumen ini akan kami serahkan secara langsung kepada Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo selaku pimpinan G20 Presidensi Indonesia pada penutupan W20 Summit,” ungkap Hadriani Uli Silalahi.
Menurut Uli, terhitung sejak kick off pada Desember 2021 yang lalu, delegasi W20 telah menggelar berbagai diskusi terpadu dengan masukan maupun rekomendasi dari berbagai partner.
“Mereka merupakan organisasi yang fokus pada perempuan dan berasal sejumlah negara anggota G20. Melalui komunike yang diserahkan kepada presiden tersebut, Uli berharap berbagai upaya diskusi yang telah dilakukan oleh W20 Presidensi Indonesia dapat membawa isu terkait gender, khususnya perempuan pedesaan dan perempuan dengan disabilitas, sebagai salah satu fokus G20,” jelasnya.
Selaras dengan hal tersebut, Co-Chair W20 Indonesia, Dian Siswarini menambahkan, perhelatan W20 Summit di Danau Toba ini juga akan fokus mengurai berbagai isu prioritas W20, terutama mengenai kesetaraan dan diskriminasi, ekonomi inklusif, hingga UMKM milik perempuan.
“Selain itu, akan ada juga pembahasan mengenai isu terkait peningkatan akses perempuan penyandang disabilitas dan perempuan pedesaan ke pendidikan, teknologi, keuangan, dan kesetaraan kesehatan. Seluruhnya akan dikemas ke dalam rangkaian dialog dan konferensi kebijakan,” jelas Dian Siswarini.
Menurut Dian, agenda W20 Summit ini juga diharapkan dapat menciptakan komitmen, kebijakan, hingga rekomendasi menjadi fokus utama G20 terhadap empat poin penting.
Pertama, mendorong kesetaraan, keamanan, dan kesejahteraan dengan menghapus diskriminasi yang menghambat partisipasi perempuan dalam perekonomian.
Kedua, mencapai inklusi ekonomi dengan mendukung UMKM yang dimiliki dan dikelola oleh perempuan. Ketiga, mengatasi kerentanan untuk meningkatkan ketahanan, dengan fokus pada perempuan penyandang disabilitas dan perempuan pedesaan. Keempat, seruan terhadap kesetaraan gender terkait Kesehatan.
Pertemuan yang berlangsung secara hybrid ini akan mengangkat tiga sesi utama. Hari pertama akan dibuka dengan dialog yang mengangkat tema Merperkuat Persaudaraan antara Perempuan untuk Diplomasi Global, Berbagi Inspirasi dan Aspirasi. Hadir antara lain Delegasi W20 Korea Selatan, Minah Kang, Delegasi W20 India, Priti Darooka, serta Delegasi W20 Delegasi Jerman, Caroline Aussere.