Seiring dengan kampanye #LiburanDiIndonesiaAja, lima fotografer pecinta keindahan alam Indonesia memvisualkan ‘serpihan surga’ yang tercecer di berbagai daerah mulai dari ujung Timur hingga Barat Indonesia.
Upaya ini dilakukan untuk mendukung kampanye pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) agar wisatawan lokal tak perlu jauh-jauh liburan jika hanya ingin menikmati pesona alam. Karena Indonesia adalah Surgawi Dunia. Heavenly Indonesia.
Manusia dan Alam adalah sama-sama benda yang belum saling menemukan makna untuk memberikan keterangan tentang keindahan.
Keindahan alam ini terlalu rumit untuk diucapkan dengan kata-kata. Berbeda dengan foto, dia akan lugas untuk menerangkannya.
Untuk menerangkan keindahan alam dijagad raya ini, yaitu Indonesia. Maka tak salah jika penerbit buku perjalanan asal Inggris, Rough Guides Ltd menyebut Indonesia destinasi tercantik di dunia atau dinarasikannya dengan kata ‘Serpihan Surga’.
Dan, Presiden RI Joko Widodo dalam akun twitter-nya pernah berujar, “Suasana pedesaan, ketenangan pulau terpencil, hingga puncak gunungnya, semakin mengukuhkan Indonesia sebagai destinasi wisata kelas dunia.”
Himpunan Anak Media (HAM) berkolaborasi dengan Content Creator ‘Heavenly Indonesia’ bersama Forum Strategis Arah Bangsa (FOSTRAB) dan Digra Coffee & Eatery mencoba merekonstruksi ‘Serpihan Surga’ Indonesia tersebut dalam ‘Heavenly Indonesia Photo Exhibition’ yang digelar pada Minggu malam (24/07) di Digra Coffee & Eatery, Lebak Bulus II, No, 21, Jakarta Selatan.
Kelima fotografer itu adalah Fatkhurrohim (Pemimpin Redaksi Wartamedia Network), Erwin Gumilar (Redaktur Foto Majalah Venue), Nurul Hidayat (Redaktur Foto Harian Bisnis Indonesia). Ketiga fotografer ini mewakili Himpunan Anak Media.
Sementara itu, Denny Garcia—Co Founder Heavenly Indonesia, dan Iwenk Candy mewakili firma ‘Heavenly Indonesia’ yang bergerak di industri kreatif.
‘Heavenly Indonesia Photo Exhibition’ ini memamerkan 20 karya foto yang mengangkat tema pesona alam atau landscape. Dan mana masing-masing fotografer mengirimkan 4 karya foto dengan karakteristik, tone, angle, dan keunikan masing-masing.
Beberapa daerah yang mampu menarik perhatian masing-masing fotografer untuk kemudian dipamerkan. Di antaranya adalah mewakili wilayah barat Indonesia, ada keindahan alam Belitung, dan Pulau Mandeh, Sumatera Barat, dan Pulau Pahawang di Kab. Tanggamus, Lampung.
Kemudian untuk Pulau Jawa ada kawah ijen, Banyuwangi, Jawa Timur, Gunung Bromo, via Probolinggo, Ranu Kumbolo, Ranu Klakah di Lumajang, Jawa Timur. Kemudian dari Yogyakarta dipamerkan foto bukit Menoreh yang syahdu di pagi hari.
Pulau Arborek, yang kini ditetapkan sebagai peserta dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia 2022 menjadi satu-satunya fotonya yang mewakili wilayah Indonesia Timur. Kejernihan pantai Arborek adalah fakta sejati yang mampu diungkap dari balik lensa kamera.
Rizki Handayani, Deputi Bidang Pengembangan Produk Pariwisata dan Penyelenggaraan Kegiatan (Events) Kemenparekraf mengapresiasi event ‘Heavenly Indonesia Photo Exhibition’ yang berlangsung selama 1 bulan ini.
“Saya sangat mendukung kegiatan ini, mengingat foto adalah “tell thousand words”. Dan ini, sangat penting dalam mempromosikan pariwisata,” ujarnya ketika dimintai keterangan secara tertulis.
Achmad Hafisz Thohir MBA dari Komisi XI DPR RI, Wakil Ketua BKSAP DPR RI, menegaskan DPR memiliki komitmen penuh dalam, mendorong perwujudan tercapainya SDGs dalam bidang kepariwisataan.
Indonesia memiliki potensi besar untuk dikembangkan pariwisata unggulan dari berbagai sektor wisata baik wisata edukatif maupun pariwisata panoramanya.
Komitmen ini merupakan suatu bentuk pengejawantahan dari tujuan dan capaian SDGs pariwisata dengan berbagai pendekatan yakni; Participate in the designof national SDGs, Device more inclusive tourism policies, Design and implement a national tourism export dan seterusnya.
Sementara itu Nurul Hidayat, Dewan Pembina Pewarta Foto Indonesia (PFI) Jakarta sekaligus salah satu fotografer dalam pameran ini mengungkapkan ‘rasa’ setiap fotografer atas objek yang dijepretnya.
“Setiap orang dapat dan bisa menjadi fotografer. Namun harus ada suatu hal yang ditekankan, tidak semua hasil foto itu memiliki rasa,” ungkap Nurul yang juga editor foto dari Harian Bisnis Indonesia ini.
Fatkhurrohim, mewakili Himpunan Anak Media (HAM) menambahkan, ‘Heavenly Indonesia Photo Exhibition’ ini hanyalah mukadimah saja. Karena banyak destinasi indah di negeri ini yang belum tervisualkan dalam pameran photo ini.
“Terlalu jamak bentang keindahan dan pesona alam Indonesia. Ini hanya mukadimah saja bagi para fotografer lain untuk menterjemahkan ‘Surgawi’ Indonesia dari daerahnya masing-masing,” pugkasnya.
Sementara itu, Chandra Amin dan Joko Prayitno selaku pemerhati fotografi berpesan, bahwasannya fotografi itu tidak hanya berbicara tentang keahlian, komposisi, dan jam terbang, akan tetapi attitude juga sangat penting.
“Jangan lupa juga pameran seperti ini kalau bisa harus sudah digitalisasikan, agar para penikmat fotografi dari luar daerah dapat juga menikmati. Sehingga keberlanjutan dari pameran dan cara bertutur keindahan Indonesia itu tersampaikan tidak hanya sampai disini,” terang pria yang akrab disapa dengan Dolok ini.
Sebagai penutup, ‘Heavenly Indonesia Photo Exhibition” mempersembahkan grup musik Cikini Tropical Sound yang membawakan lagu-lagu bergenre Hawaian.