“Ini baju dari Buton, Sulawesi Tenggara. Ini baju dolomani dari Buton,” ujar Jokowi kepada wartawan.
Baju ini sering dikenakan Sultan Buton ke-35, Sultan Muhamad Ali pada masa tahun 1918-1921.
Pada baju tersebut terdapat berbagai ornamen dengan makna seorang pemimpin.
Pakaian adat dolomani terdiri dari baju, celana, sarung dan kopiah. Dalam mengenakan pakaian ini dilengkapi dengan kotango (baju dalaman), sulepe (ikat pinggang), ewanga (keris atau badik) dan katuko (tongkat).
Busana ini biasanya dipakai saat menghadiri acara-acara kesultanan ataupun momen resmi lainnya.
Keistimewaan baju adat dari Buton ini ditandai dengan desainnya yang dihiasi dengan sulaman benang emas atau perak.
Baju adat dolomani yang dipakai Jokowi di upacara HUT ke-77 RI memiliki sulaman bermotif bunga rongo di bagian pinggiran dan kerah bajunya.
Bunga rongo memiliki makna bahwa seorang pemimpin yang menjejaki karier dari bawah ke atas suatu saat akan kembali ke bawah lagi.
Sedangkan kopiah yang dipakai Presiden Jokowi juga dihiasi motif tradisional berupa motif bakena uwa di pinggiran bawah dan bunga kamba manuru di bagian atasanya.
Bakena uwa adalah merupakan buah dari tumbuhan yang sangat indah untuk dipandang, namun ketika menyentuhnya akan memimbulkan rasa gatal.
Ini menunjukkan, negeri yang indah nan elok yang hendak dikuasai musuh, wajib bagi seorang pemimpin bersama rakyatnya untuk melakukan perlawanan.
Pada bagian atas kopiah dolomani yang dipakai Jokowi terdapat sulaman kamba manuru yang merupakan nama bunga yang dalam bahasa setempat (Wolio).
Kamba berarti bunga dan manuru berarti sejahtera yang mengandung filosofi bahwa seorang pemimpin memiliki tugas utama untuk menyejahterakan rakyatnya.
Baju adat asal Buton yang dipakai Jokowi di upacara kemerdekaan HUT RI ke-77 tidak hanya indah dan menawan tetapi juga sarat makna untuk bangsa Indonesia.