Perusahaan bir dan minuman terkemuka Anheuser-Busch Inbev memperkenalkan dua varian bir Hoegaarden, yakni Hoegaarden Original dan Rosée, melalui rangkaian event The Gaarden is Open. Acara peluncuran digelar di Lucy In The Sky, Senayan Park, Jakarta, Kamis (3/11). Event ini diikuti event-event berikutnya yang melibatkan kolaborasi dengan para key opinion leader gaya hidup ibu kota.
Bir Hoegaarden adalah merek super-premium bir gandum asli Belgia yang telah dikenal dalam skala global, membanggakan resep sarat sejarah yang berasal dari tahun 1445 dan telah teruji oleh waktu. Bir ini diproduksi oleh Anheuser-Busch Inbev dari Belgia, yang telah menunjuk PT Mitra Indo Maju sebagai importir resmi dan ekslusifnya di Indonesia.
Pengakuan akan kualitas Hoegaarden telah diakui dunia. Di antaranya melalui penghargaan World Beer Cup yang merupakan pujian tertinggi di dunia bir. Sembilan kali memenangkan medali World Beer Cup, menjadikan Hoegaarden bir gandum Belgia yang paling banyak mendapatkan penghargaan dalam sejarah.
Varian original memiliki kandungan ABV 4.9% dengan cita rasa unik dan kompleks. Bir putih ini memiliki gabungan rasa manis, asam, sedikit pahit, dilengkapi sentuhan rasa spicy dari ketumbar dan sensasi rasa jeruk. Sedangkan Hoegaarden Rosée dengan ABV 3%, memang berwarna merah muda, namun merupakan bir gandum yang sebenarnya. Selaras dengan warna cantiknya, varian ini menampilkan cita rasa serta warna lembut dari buah raspberries.
Hoegaarden Rosée memiliki rasa manis alami dalam balutan aroma buah yang kaya, disertai sedikit sentuhan rempah dan ketumbar. Karena tidak difilter, bir ini hadir dalam warna yang khas dan hidup dengan rona merah muda hingga nuansa oranye terang.
Hoegaarden adalah merek dengan sejarah besar dan rasa yang lebih nikmat. Hoegaarden dicintai oleh konsumen di seluruh dunia, terutama berkinerja sangat baik di Kawasan Asia, di mana merek ini dikenal sebagai bir gandum nomor satu. Selama 25 tahun terakhir merek ini telah diluncurkan di Cina, Asia Timur, India dan (hampir) semua wilayah Asia Tenggara dimana para penikmatnya sering kali merupakan konsumen bir non-lager pertama yang pernah mencoba.
Indonesia adalah garda terdepan bagi merek Hoegaarden yang hadir dalam botol favorit dan kemasan glassware, ritual penuangan, serta rasa yang tidak dapat dibandingkan dengan lager pada umumnya saat ini. Terlebih, berbicara tentang bir yang pertama kali diseduh sekitar 600 tahun lalu oleh para biarawan yang menerima buah-buahan dan rempah-rempah pertama yang dibawa di sepanjang jalur sutra yang menghubungkan Asia ke Belgia. Tahun ini, Hoegaarden akhirnya membawa kembali beberapa konteks sejarah itu dengan sentuhan modern.