Seniman, perupa, sastrawan, penyair dan jurnalis Yusuf Susilo Hartono (YSH) menghadirkan 270 karya sen berlabel Among Jiwo: Restropeksi 40 Tahun Berkarya.
Karya-karya tersebut berisikan perjalanannya selama tiga era, yang didokumentasikan dalam bentuk lukisan, sketsa, tulisan, hingga sasta yang dibuat dengan melibatkan intuisi seni, sehingga mampu menggetarkan hati.
Among Jiwo bermakna ‘monakes’, yang dalam bahasa Jawa berarti menemukan jati diri. Penamaan tersebut didapatkannya dari nasihat seorang maestro seni lukis Indonesia yang tersohor, Alm. Affandi di Wisma seni Taman Ismail Marzuki (TIM), 1987 lalu.
Saat itu, Affandi memintanya untuk ‘ngedan’ dalam berkarya. “Dalam arti mencari ke dalam diri sendiri, maka Among Jiwa, itulah ‘ngedan’ versi saya, sebagai metode berpikir, merasa, dan seni rupa,” ujar Yusuf.
Yusuf menyebut, total terdapat 270 karya yang terpajang di Museum Nasional Indonesia yang meliputi sembilan kategori. Kesemuanya berkisah tentang perjalanan lintas masa seorang YSH.
Pertama, karya mengenai reliabilitas. Karya tersebut merupakan lukisan yang didominasi warna ungu dan menampilkan seseorang tengah telungkup, dengan tangan yang menjulur menuju kitab suci.
Menurut Yusuf, lukisan tersebut bermakna orang yang sedang bertaubat.
Namun, kata Yusuf, pemaknaan tersebut bisa saja berbeda, tergantung pada sudut pandang penglihatanya.
Kedua, kategori karya yang bertajuk diri sendiri, keluarga, dan tanah asal.
Pada kategori ini, Yusuf menggambarkan lanskap Bojonegoro pada 1982, yang merupakan tanah kelahiran dan tempatnya dibesarkan.
Kemudian, ketiga, merupakan karyanya yang bertema peristiwa alam, binatang, dan tumbuhan.
Karya-karya tersebut berisikan kejadian semesta saat terjadi gerhana matahari, peristiwa gunung meletus, hingga kerusakan alam.
Selain itu, beberapa potret hewan seperti ikan yang dibawa manusia dan anjing peliharaannya, turut terpajang di pameran tersebut.
Keempat, karya yang ditampilkannya bertajuk perempuan. Seperti Pandawa Kurawa saat bertanding 2002 silam, perempuan berbalut dress panjang dan mengenakan pakaian adat Jawa, hingga potret perempuan bersama kekasihnya di tengah demo 1998.
Kelima, Yusuf menampilkan karya-karya bertemakan reformasi. Di dalamnya terdapat sketsa yang dibuatnya dari pensil dan tinta.
Menggambarkan berbagai momentum yang diabadikannya secara ekslusif, saat Yusuf menjadi seorang jurnalis.
Seperti potret salat berjamaah di tengah demo, riuh menari saat tuntut turunkan Soeharto, mahasiswa yang menuntut sidang istimewa, hingga potret mahasiswa makan nasi bungkus di tengah demo.
Meninggalkan era 1998, kelompok keenam dari karya yang ditampilkannya, berupa lukisan kebebasan dan seni kontemporer.
Pada bagian ini, Yusuf menggunakan pensil dan kopi untuk membuat sketsa para pegiat seni yang tengah bermain cello, menjadi balerina, berteater, dan guratan-guratan bebas nan abstrak lainnya.
Sementara, kategori ketujuh, menampilkan sketsa bangunan-bangunan bersejarah di mancanegara. Seperti Harajuku, Emerald Buddha, Suintac City, Borobudur, Tembok China, hingga Prambanan.
Kedelapan, Yusuf mengabadikan berbagai lukisan terkait tradisi dan warisan kuno, seperti potret dua anak di Sumatera Barat (Sumba) yang berselimut sutra, makam batu di depan rumah adat Sumba, bulan merah di atas Rumah Gadang, ondel-ondel, hingga barongsai merah yang menjadi simbol kebangkitan etnis Tionghoa.
Kesembilan, Yusuf membuat karya bertajuk demokrasi. Pada bagian ini, terdapat wajah mantan presiden Amerika Serikat, Obama yang dipakaikan baju adat Jawa serta berblankon
Selain itu, terdapat juga tiga buah lukisan besar, yang menampilkan tokoh-tokoh politik sorotan.
Di antaranya, sosok Anies Baswedan tengah mengendarai Burak. Joko Widodo yang menaiki burak berkepala banteng dengan Megawati berada di belakangnya. Serta, potret Prabowo Subianto yang tengah menunggangi kuda, diikuti oleh burung garuda di belakangnya.
Terakhir, potret lukisan bertemakan Covid-19, mulai dari fase terjadi kepanikan, hingga sudah mereda.
Selain ke-10 kategori tersebut, pameran Among Jiwo ini juga memamerkan ragam karya jurnalistik dan sastra, seperti tulisan dalam koran, maupun bait-bait puisi yang ditulis YSH.
Sebagai informasi pameran Among Jiwo terbuka oleh umum selama lima hari, mulai 9-13 November 2022 di Museum Nasional Indonesia, Jakarta Pusat.