Pasar cerutu dunia memang dikuasai Kuba. Indonesia berada di posisi kedua di bawah Kuba. Dan, secara nasional, Jember adalah daerah penghasil utama tembakau cerutu kualitas dunia yang 90% produksinya diekspor.
Tercatat, kini Jember mengeskpor cerutu senilai lebih dari Rp1,5 triliun per tahun. Jember memproduksi sekitar 8 ribu – 9 ribu ton tembakau cerutu per tahun.
Bahkan di Jember ada Museum Tembakau yang sangat lengkap menceritakan dunia pertembakauan, khususnya tembakau cerutu. Museum berlokasi di pusat kota, di Jalan Kalimantan.
“Tembakau cerutu beda dengan tembakau pada umumnya. Kalau mau belajar tentang tembakau cerutu, museum ini bisa jadi tempat pilihan,” kata Sunito dari Museum Tembakau saat menerima kunjungan wartawan dari Jakarta yang tergabung dalam Himpunan Anak Media (HAM), pada Rabu (23/11).
Sunito menjelaskan, tembakau untuk rokok kretek adalah jenis voor-oogst dan untuk cerutu adalah jenis na-oogst. Na-oogst dipakai untuk pengisi cerutu, pembungkus dalam cerutu (omblad) dan pembungkus luar cerutu (dekblad).
Kualitas dekblad dituntut tinggi karena penentu cita rasa dan harga cerutu.
Saat ini di Tanah Air, Jember menjadi satu-satunya daerah yang memproduksi tembakau na-oogst yang dikenal dengan nama BNO (Besuki Na-Oogst). Dan kini di Jember ada 4 produsen cerutu utama. Salah satunya adalah Boss Image Nusantara (BIN) Cigar.
“BIN Cigar menyumplai cerutu dan tembakau dari tanaman sendiri. Semua bahan mentah, tembakau di sini gak ada yang jadi rokok. Semua untuk cerutu,” kata pemilik BIN Cigar Ir H Febrian Ananta Kahar kepada wartawan yang tergabung dalam HAM, di Jember, Rabu (23/11).
Dia menjelaskan, BIN Cigar memproduksi 24 merk cerutu. Diekspor ke 15 negara. Kisaran harganya antara Rp9 ribu hingga Rp400 ribu per batang.
“Perjalanan dari menanam tembakau sampai menjadi cerutu membutuhkan waktu sekitar dua tahun sampai tiga tahun. Fermentasinya saja dua tahun, makanya harganya mahal ” kata Febrian.
“Kami menghasilkan 100 sampai 200 ton. Semua cerutunya diekspor, tidak ada untuk dalam negeri. Bukan karena tidak ada penikmat, tapi kami semua sistemnya made by order. Mereka bayar di depan, baru kami buatkan. Itu sudah kami lakukan sejak lama,” tambah Febri.
Dikatakan, di pasar dunia, cerutu BIN Cigar mampu bersaing dengan cerutu dari Kuba.
“Hampir semua penggemar Cohiba Montecristro (merk cerutu Kuba yang paling terkenal) pasti milih BIN Cigar, karena rasanya sama, ” jelas Febri. “Kami berhasil niru. Apapun cerutu Kuba kami tiru. Tapi ini legal. Ini tiru rasa ya, bukan bentuk dan merk. Perjanjiannya, boleh niru tapi hanya niru rasa.”
Lebih lanjut Febri mengatakan, cerutu Indonesia benar-benar growing di pasar dunia karena beberapa faktor. Di antaranya yaitu karena ada jalur yang dibuka oleh Kemenlu dan Kementerian Perdagangan, dan “hilangnya” cerutu Kuba.
“Sekitar 70 persen cerutu Kuba itu dikirim ke China, sehingga belahan dunia lain hanya menerima sedikit pasokan. Dan sialnya tahun ini Kuba terhantam badai yang menghancurkan cerutu,” jelas Febri.
Faktor-faktor ini membuat cerutu Indonesia semakin berjaya di pasar cerutu dunia.
“Cerutu itu gak kelihatan penggemarnya. Tetapi setelah kita masuk, ternyata banyak penggemarnya,” ujar Febri.
Sunyi tetapi menggemparkan. Itulah anekdot untuk cerutu Indonesia, khususnya cerutu Jember.
Tidak seperti rokok, cerutu tidak banyak diperbincangkan. Tetapi cerutu Jember nyaring bunyinya di market cerutu dunia, bersaing dengan cerutu Kuba, Sang Raja Cerutu Dunia.
Tanah Indonesia (baca: Jember) memang subur loh jinawi untuk tembakau cerutu. Seperti yang diungkap oleh pakar cerutu Kuba, Indonesia adalah La Tierra Prometador (Tanah yang Menjanjikan) untuk tembakau cerutu.