Pameran ini mengunjukkan karya seni fotografi dari empat seniman muda yang tergabung dalam kolektif MES 56, yakni Akiq AW, Fajar Riyanto, M Alfariz, dan Yudha Kusuma Putra. Pameran dibuka untuk umum hingga 28 Februari 2023 di ARTSPACE, ARTOTEL Thamrin Jakarta.
Terinspirasi oleh pertumbuhan arus peradaban yang bergerak sangat cepat, ada gagasan unik dari empat seniman muda yang tergabung dalam MES 56. Praktik dari masing-masing karya yang ditampilkan juga beragam. Salah satunya tercermin dari karya yang membicarakan hal personal tentang bentuk lanskap. Ada pula yang dihasilkan dari kisah yang membekas sebagai ingatan yang dituangkan dalam bentuk karya fotografi.
Eksplorasi teknik fotografi yang diadopsi sebagian besar adalah keinginan untuk menyampaikan pesan tertentu dari perjalanan panjang yang tertuang di medium fotografi itu sendiri. Yang menarik, ada juga ingatan yang menyeruak berbarengan dengan rangsangan yang dialami ketika membicarakan hal-hal penting di lingkungannya, hingga duplikasi yang berusaha keluar dari tradisi fotografi dengan beragam medium yang tidak hanya sebatas print atau screen.
Bagi Akiq AW, praktik fotografi menjadi tantangan tersendiri dalam kerjanya sebagai seniman. Akiq memproses produksi dan konsumsi gambarnya. Ibarat pelukis yang menggoreskan kuas tajam, Akiq mencoba menciptakan imajinasi visual tentang lanskap dari teknik fotografi dasar.
Sementara Fajar Riyanto justru menitikberatkan pada praktik fotografi itu sendiri sebagai momen untuk merekam realitas sosial yang terjadi. Di antaranya: Mengapa memotret dinding putih pagar besi? Bagaimana dengan gambar rumah yang setengah rubuh? hingga kisah apa yang terselip di antara dinding rumah warga dan dinding benteng keraton?
Berbeda dengan keduanya, Yudha Kusuma Putra mengadopsi teknik fotografi dengan dilumuri imajinasi alam bawah sadar. Yudha dengan terampil membangun relasi antara ingatan dan ketertarikan manusia dalam bentuk fragmen–fragmen yang hadir dalam
mimpi. Proses inilah yang dipakai Yudha untuk merangsang dunia alam bawah sadar manusia.
Sedang Muhammad Alfariz memilih mimpi sebagai sketsa dalam karyanya yang berjudul “Tamasya di Ujung Malam”.
Ada dominasi fotografi yang kemudian coba ditimbun dengan elemen kejutan dan objek tak terduga dan kemudian mengaplikasikan dalam potongan -potongan gambar atau kolase. Hasil tersebut adalah bentuk-bentuk surealis yang mengingatkan akan dimensi alam bawah sadar yang personal dan emosional bagi seseorang.
Windi Salomo, selaku ART Director ARTOTEL Group mengatakan “Senang sekali awal tahun 2023 ini kami menghadirkan pameran fotografi pertama di ARTOTEL Thamrin
Jakarta yang memberikan warna baru seni di Seni Rupa Indonesia dan tentunya sesuai misi ARTOTEL Group untuk terus mendukung seniman–seniman lokal berbakat di Indonesia melalui pameran seni yang kami suguhkan.”
Rangga Purbaya, selaku tim dari RUANG MES 56 mengatakan “Kami mengucapkan terima kasih kepada ARTOTEL Thamrin – Jakarta atas kesempatan kolaborasi yang diberikan kali ini lewat pameran fotografi dari kolektif Ruang Mes 56.
Selamat menikmati!