Pameran kali ini menampilkan berbagai karya seni dengan konsep abstract. Abstrak sendiri ini tidak terlalu mudah dipahami karena dalam prosesnya sendiri diartikan sebagai bentuk sensasi maupun bentuk figuratif dari suatu objek.
Dalam pameran gabungan yang ditampilkan kali ini, banyak karya yang diadopsi dari suatu hubungan yang didasari dari imajinasi ataupun bentuk yang pernah dilihat, didengar hingga pengalaman yang terjadi. Kriteria yang digunakan harus keluar dari sisi seniman itu sendiri bukan meniru atau menduplikasi alam dunia.
Dalam karya yang ditampilkan Donald Saluling, pria lulusan Seni Rupa Murni dan Desain Grafis di Portland University, Portland Amerika Serikat ini mengeksplorasi ruang negatif dengan cara non-representasional yang memiliki peran besar.
Lewat pemahaman yang lebih dari 10 tahun, Donald secara spontan melakukan proses berkarya yang dituang lewat empat karya yang ditampilkan di pameran kali ini. Proses menggambar di lokasi membuatnya belajar melihat, menghubungkan hingga merekam lebih baik untuk bercerita.
Pada pemahaman Fauzi Satyaputra, lewat kecintaannya pada seni rupa dan musik. Fauzi muncul dengan gaya lukisannya yang terinspirasi lewat sudut pandang nya tentang apa yang di dalam otaknya. Pria yang sudah melanglang buana dalam memamerkan karyanya di mancanegara ini, menggabungkan gaya abstrak dan surreal. Abstrak sendiri mewakili koneksi tentang apa yang di dalam otak. Sedangkan surreal muncul sebagai simbol untuk membantu Fauzi menyampaikan pesan kepada penonton.
Berbeda dengan keduanya, Sandy Tisa pada pemahamannya terhadap seni abstrak ditarik dari ranah personal seseorang ke dalam ide karyanya. Bagi sandy, tentu hal ini adalah lumrah lewat
realitas yang terjadi dalam kesehariannya.
Lewat karyanya kali ini, Sandy tidak benar–benar memposisikan dirinya dalam seni abstrak murni namun Sandy menuangkannya lewat komposisi warna, garis, bentuk, tekstur yang disajikan sebagai dirinya sendiri (non representasional/non-objek) hingga kejadian–kejadian diambil dari sejumlah momen yang diekspresikan melalui bentuk kasat mata.
Dicky Panjaitan, selaku General Manager ARTOTEL Thamrin Jakarta menyambut baik pameran yang digelar di hotel ini. “Senang sekali kami dapat mempersembahkan satu lagi pameran seni kontemporer yang kali ini dengan tema abstrak. Pada kesempatan ini juga ARTOTEL Group khususnya selalu memperkenalkan Seni Rupa Indonesia yang lebih luas lagi lewat ekspresi jiwa seniman. Semoga pameran kali ini dapat diterima dan dinikmati oleh tamu-tamu kami,” katanya. “This World is but a canvas to our imagination.”
ARTOTEL Thamrin Jakarta adalah Hotel desain yang terinspirasi dari seni, baik karya seni rupa, seni patung, hingga fotografi yang menampilkan karya asli para seniman kontemporer lokal Indonesia. Dibuka pada 17 Oktober 2013, hotel ini bekerja sama dengan 6 seniman berbakat Indonesia yang karya seninya ditampilkan disetiap lantai ARTOTEL Thamrin Jakarta dengan konsep, desain, dan gaya yang berbeda.
Hotel ini dirancang dengan teliti dari fasad hingga interior ruang untuk menghasilkan desain yang berbeda dan pengalaman menginap yang berkesan ala ARTOTEL.
ARTOTEL Thamrin-Jakarta memiliki 107 Studio (kamar tamu) yang dilengkapi dengan fasilitas modern terkini seperti mesin multi minuman dari Dolce Gusto, Ipod Doc, serta karya asli para seniman yang ditampilkan secara proposional.
Hotel ini juga memiliki Double Chin Restaurant & BAR, buka 24 jam/7 hari dan menyediakan aneka hidangan bercita rasa asia yang disajikan secara modern kontemporer, BART (Bar at the rooftop) terletak di lantai paling atas, lantai 7, sebagai tempat berkumpul yang hip, elegan, dengan pemandangan panorama kota Jakarta di udara terbuka. Juga disediakan 3 ruang pertemuan dengan kapasitas hingga 200 orang dapat memenuhi kebutuhan kegiatan MICE di lokasi yang strategi di tengah kota Jakarta.
Selain itu, hotel ini menyediakan fasilitas koneksi internet Wi-Fi super cepat, serta Art Space yang terletak di lantai mezzanine dan berfungsi sebagai galeri pameran karya seni kontemporer yang dilakukan
Artotel Thamrin dibawah manajemen Artotel Group, manajemen operator hotel Indonesia yang mengintegrasikan 4 unit bisnis, Hotel (Stay), Food & Beverages (Dine), Event Management (Play), & Curated Merchandise (Shop).
Dengan mengusung konsep brand Gaya Hidup, ARTOTEL Group menawarkan berbagai pilihan akomodasi dari hotel ekonomis, butik, kelas menengah hingga hotel mewah untuk memenuhi kebutuhan akomodasi dari semua target market. Memiliki berbagai pilihan brand, ARTOTEL, DAFAM, dan Brand Waralaba KYRIAD, dengan jumlah total lebih dari 50 hotel dan 5000 kamar tamu yang tersebar di 24 kota di Indonesia.
Di bidang Food & Beverage, ARTOTEL Group menyediakan jasa pengelolaan Restoran, Bar, dan Beach Club.Melalui Event Management, ARTOTEL Play dan Curated Merchandise dengan brand MART, ARTOTEL Group memiliki visi memajukan industri kreatif Indonesia dengan mendukung para seniman muda untuk berkarya melalui kolaborasi yang diciptakan berupa kegiatan pameran, pertunjukan, workshop, dan produksi merchandise berkarakter seni yang dapat dipakai sehari hari dengan harga terjangkau.
Brand Waralaba KYRIAD: Jakarta, Aceh, Sumatera Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Papua.
F&B Outlets: Double chin, Lidah Lokal, ROCA, BART, BISTRO de Braga, B10 CAFÉ, Fat Elephant, 11/12 rooftop Bar, Sixty Restaurant, Rhythm Room, Tip Tap Toe, Barley & Barrel, La Gazette, BART Kuningan.