
Prosesi pelepasan lampion menjadi momen yang ditunggu-tunggu. Bukan saja oleh umat Buddha, tetapi juga masyarakat umum. Ribuan warga sudah menyemut di kompleks Candi Borobudur sejak siang. Sebelumnya, pada pagi harinya dilakukan prosesi pawai umat Buddha dari Candi Mendut menuju Candi Borobudur yang dilanjutkan dengan puja bhakti detik-detik Waisak pada siang harinya.
Menurut General Manager (GM) Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur Aryono Hendro Malyanto, sebanyak 2.022 lampion dilepasterbangkan ke langit dalam prosesi kali ini. Jumlah itu sesuai dengan tahun sekarang.
Pelepasan lampion diawali dengan pembacaan parita doa oleh para pemuka agama Buddha dan umat di pelataran Candi Borobudur. Lampion mulai diterbangkan sekitar pukul 19.20 WIB. Banyak mereka yang menerbangkan lampion terlebih dahulu menuliskan doa atau harapan pada masing-masing lampion.
Penerbangan lampion ini juga dilakukan oleh masyarakat umum dengan cara membeli tiket terlebih dahulu. Ketua II DPD Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) Jawa Tengah Tanto Soegito Harsono mengungkapkan ribuan lampion yang diterbangkan kali ini diimpor dari Thailand yang ramah lingkungan. Lampion berukuran dimensi 1 meter itu terbuat dari kertas tisu yang akan terbakar pada ketinggian tertentu, sehingga tidak akan jatuh kembali.
“Bahan lampion terbuat dari material sejenis tisu. Jadi saat diterbangkan akan terbakar di udara, nggak sampai turun tanah. Karena tisu itu mudah sekali terbakar,” jelas Tanto.
Dikatakan, lampion memiliki makna mendalam, yakni sebuah pelita kehidupan manusia. Ada harapan yang dipanjatkan, untuk kerukunan dan kebahagiaan umat manusia. “Lampion bermakna pelita. Pelita itu setiap manusia dan kehidupan pasti ada pelita. Kita semuanya memanjatkan doa bisa semuanya lancar, semua sehat, semua rukun dan semua bahagia,” jelas Tanto.