Kesuksesan pagelaran Distrik Seni X Sarinah di sesi pertama, berlanjut ke Distrik Seni X Sarinah sesi kedua yang resmi dibuka untuk publik pada Jumat (09/9/2022) di lantai 6, Gedung Sarinah Community Mall, Jakarta.
Mengangkat tema Berkelanjutan! Distrik Seni X Sarinah Sesi Kedua yang berlangsung 9 September hingga 10 Oktober 2022 ini memamerkan lebih dari 70 karya seni instalasi dari 29 seniman lokal Indonesia.
Dari beberapa seniman tersebut ada nama Dewa Budjana, Heri Dono dan Jay Subiyakto. Ketiganya sebagai kolaborator yang menampilkan karya-karya unik mereka dalam merespon tema Berkelanjutan!, melalui medium yang unik dan belum pernah ditampilkan pada pagelaran pameran seni lain di Indonesia.
Lewat tema ini pula, Distrik Seni X Sarinah berharap dapat memberikan respon terhadap berbagai permasalahan lingkungan, sosial, dan ekonomi di Indonesia. Tentunya, melalui karya-karya seni yang diekspresikan oleh para seniman yang tergabung dalam pameran sesi kedua ini.
Sebagai pameran seni yang menjadi pusat pelestarian budaya, Distrik Seni X Sarinah merangkul seniman lokal untuk mengeksplorasi gagasan berkelanjutan melalui sudut pandang budaya lokal.
Kedepan pameran yang diselenggarakan Distrik Seni X Sarinah tidak hanya mengusung semangat kebangkitan ekosistem seni Indonesia, tetapi juga sebagai ruang edukasi budaya yang sejalan dengan nilai-nilai Berkelanjutan!.
Direktur Artistik Distrik SeniKami Heri Pemad mengungkapkan area pameran Distrik Seni dibagi ke dalam 4 jenis ruangan, yaitu: Ruang Dr. Ir. Soekarno, Ruang Garda, dan Ruang Berdikari.
“Ada juga sebuah ruangan khusus yang disediakan untuk aktivasi program publik. Setiap ruangan memiliki karakteristiknya masing-masing yang berjangkar pada tema Berkelanjutan!” kata Heri Permad,
Ruang Dr. Ir. Soekarno diisi oleh seniman-seniman yang memulai kariernya sejak periode akhir 1970-an (total berjumlah 10 seniman). Salah satunya Tisna Sanjaya yang menampilkan instalasi Mesin Penjernih Seni.
Selain itu ada pula hasil karya dari Arahmaiani yang menelusuri jejak-jejak ritual dan kepercayaan di Tibet yang bersumber dari Nusantara.
Di Ruang Gardi menampilkan karya Maharani Mancanagara yang menelusuri siklus produksi barang pakai yang dikonsumsi masyarakat. Karya Maharani menekankan bagaimana aktivitas mengonsumsi produk-produk massal berkaitan erat dengan keberlanjutan lingkungan hidup manusia.
Ruang Berdikari akan menampilkan 21 seniman tunggal maupun kolektif yang masing-masing memberikan respons terhadap tema Berkelanjutan!. Mulai dari kolektif Gerilya yang mempresentasikan isu keberlanjutan personal hingga yang bersifat spekulatif
Ari Bayuaji yang menjelajahi kembali kebudayaan lokal, kelompok Defvto Printmaking Institute yang mengeksplorasi keberlanjutan teknik seni cetak grafis dalam seni rupa, hingga Uji Hahan Handoko yang memikirkan kembali pola-pola ekonomi dalam ekosistem seni rupa Indonesia.
Selain itu, ada aktivitas di luar presentasi karya dalam bentuk program-program publik. Program publik ini akan dihadirkan secara rutin setiap minggunya selama durasi 3 bulan kedepan.
Rangkaian program publik yang akan dipertunjukkan mencakup: Satu bulan pertama, menampilkan pameran karya kolaborasi Dewa Budjana dengan seniman-seniman ternama Indonesia yang akan diakhiri dengan lelang karya untuk charity.
Selain itu juga akan diselenggarakan diskusi, lokakarya, serta program-program edukasi lainnya yang mengacu pada gagasan keberlanjutan ekosistem seni, karier kesenimanan, isu lingkungan hingga gagasan-gagasan ekonomi berkelanjutan.
Morine Rociana, Direktur Mojisa Creative menerangkan, adanya ameran seni yang diselenggarakan, Distrik Seni X Sarinah ingin menginspirasi masyarakat Indonesia untuk menyadari bahwa tradisi, adat istiadat, dan budaya lokal sebenarnya sudah mengajarkan kita untuk hidup secara Berkelanjutan
Berikut Daftar Seniman yang ikut andil dalam Distrik Seni x Sarinah Sesi Kedua;
Angki Purbandono, Arahmaiani, Ari Bayuaji, Arin Dwihartanto Sunaryo, Asmudjo Jono Irianto, Devfto Printmaking Institute, Eddi Prabandono, Entang Wiharso, Gerilya, Hanafi, Heri Dono, I Gusti Ngurah Udiantara, I Made Djirna, Iwan Effendi, Jay Subyakto, Maharani Mancanagara, Maryanto, Meliantha Muliawan, Moch. Hasrul, Mohammad Taufiq (Emte), Nasirun, Natas Setiabudhi, Naufal Abshar, Nindityo Adipurnomo, Sirin Farid Stevy, Tisna Sanjaya, Uji Hahan Handoko, Vincent Rumahloine, dan Wulang Sun.