Follow Eventguide.id untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel
EVENTGUIDE.ID – Pariwisata Indonesia tercatat makin menunjukkan pemulihan pascapandemi COVID-19.
Hal itu didorong lewat adopsi teknologi digital masa kini yang meningkatkan efisiensi dan pengalaman wisata, pemerintah pun terus mendorongnya. Namun baru 40 persen pelaku usaha wisata di Indonesia yang mengadopsi Solusi digital tersebut.
CMO dan Cofounder Feedloop AI, Muhammad Ajie Santika, mengatakan 30 persen pelaku usaha wisata itu sudah membuktikan bahwa teknologi digital masa kini dan masa depan salah satunya Artificial Intelligence (AI). Teknologi tersebut telah terbukti membantu pemulihan pascapandemi COVID-19 yang menghancurkan sektor pariwisata.
“Pemerintah saat ini terus mendorongnya dengan harapan mudah-mudahan di 2025 mendatang sudah tercapai 60 persen pelaku usaha yang mengadopsi teknologi digital,” kata Muhammad Ajie Santika saat menjadi narasumber Sesi II Indonesia Tourism Oulook (ITO) 2025 di Hotel Aston Kemayoran, Jakarta baru-baru ini.
Hanya saja menurut Ajie, regulasi mengenai penggunaan AI belum ada di Indonesia karena masih dibahas oleh pemerintah Bersama stakeholders terkait.
“Jika sudah ada regulasi itu, saya yakin pariwisata kita bisa berkembang lebih cepat. Tapi sekali lagi tantangannya di Indonesia tidak mudah diantaranya kesenjangan integrasi teknologi hingga ketidakcocokan budaya dan layanan AI itu,” ujar Ajie.
Sementara itu Direktur Strategi dan Pengembangan Teknologi Injourney Airport, Ferry Kusnowo, yang diwakili Technology and Digitalization Group Head PT Angkasa Pura Indonesia, Wahyu Chayadi, dalam kesempatan yang sama mengungkapkan pihaknya sebagai pengelola bandara di Indonesia sudah mulai mengadopsi AI guna memaksimalkan pelayanan dan pengalaman penumpang pesawat hingga pelaku usaha di bandara.
“Adopsi teknologi digital bagi kami adalah sebuah keniscayaan karena semua operasional bandara harus terintegrasi, agar konektivitas penerbangan terjalin jika tidak maka akan kacau,” kata Wahyu.
Wahyu menambahkan, saat ini sudah tidak ada Angkasa Pura I dan Angkasa Pura II namun digabung menjadi Angkasa Pura Indonesia, maka integrasi system lewat teknologi salah satunya AI sudah menjadi kewajiban. Pasalnya, untuk memenuhi tuntutan pengguna jasa layanan penerbangan yang semakin butuh efisiensi serta kecepatan.
“AI tidak hanya mempermudah petugas dan bandara, namun juga memudahkan penumpang, kami punya CCTV Analytics yang mempermudah petugas melihat kepadatan di beberapa titik. Termasuk untuk mendeteksi ancaman bahaya di bandara dengan mengenali beberapa gerak mencurigakan yang berpotensi membahayakan,” ujar Wahyu.
Wahyu menuturkan, saat ini Bandara Soekarno Hatta tengah melakukan uji coba autogate di Terminal 3 yang mengadopsi AI. Teknologi AI akan memudahkan wisatawan dan pengguna jasa bandara untuk check in lebih cepat, traveler tak perlu lagi menunjukkan dokumen fisik KTP atau boarding pass dan bertatap muka saat check ini.
“Jadi cukup dengan menunjukkan wajah ke mesin, nanti datamu akan disesuaikan hingga gate terbuka. Dengan teknologi itu kita tak hanya mempercepat, namun juga mengurangi penggunaan kertas dan dokumen cetak, jadi efisiensi bukan hanya bagi pengguna jasa tapi bagi perusahaan juga,” tutur Wahyu.
Selain memanfaatkan CCTV Analytics dan biometrik, saat ini jelas Wahyu, Angkasa Pura Tengah mengembangkan aplikasi ‘Traveling: Injourney Airport’. Aplikasi yang memanfaatkan AI itu akan memberikan kemudahan wisatawan mencari informasi seperti, rekomendasi perjalanan hingga informasi akurat seputar penerbangan dan bandara.
“Bicara soal kecanggihan biometrik, traveler harus tahu nih, salah satu bandara yang paling canggih dalam memanfaatkan AI adalah Korea Selatan.Teknologi Korea Selatan terkait biometrik terbaik di dunia. Mulai dari CCTV hingga gate-nya,” kata Wahyu.
“Kita semua tahu warga Korea kan suka operasi plastik dan satu orang bisa beberapa kali melakukan operasi. Nah, untuk mengidentifikasi perubahan itu butuh teknologi canggih yang menunjukkan dia adalah orang yang sama,” sambungnya.
Tak hanya Korea, ungkap Wahyu, Tiongkok juga memiliki teknologi serupa yang canggih. Karena itu, Indonesia terus belajar dan bekerja sama dengan produsen-produsen teknologi masa kini itu untuk bisa diadopsi di Indonesia, utamanya mendukung pariwisata nasional.
ITO 2025 yang mengangkat tema “Integrasi Blue-Green-Circular Economy (BGCE) dan Artificial Intelligence (AI) Mewujudkan Pariwisata Berkelanjutan di Indonesia”menghadirkan Menparekraf, Sandiaga Salahuddin Uno, sebagai keynote speech.
Selain itu beberapa narasumber yang kompeten di bidangnya. Di antaranya Sesi I ada Direktur Kajian Strategis Kemenparekraf, Agustini Rahayu, Guru Besar Fakultas Pariwisata Universitas Udayana, I Nyoman Sunarta, SVP Marketing Taman Safari Indonesia, Alexander Zulkarnain, dan Direktur Pembangunan dan Pengembangan Usaha Pusat Pengelolaan Kompleks Gelora Bung Karno, Mokhamad Rofik Anwar.
Sementara Sesi II menghadirkan CMO dan Cofounder Feedloop AI, Muhammad Ajie Santika, serta Direktur Strategi dan Pengembangan Teknologi Injourney Airport, Ferry Kusnowo, yang diwakili Technology and Digitalization Group Head PT Angkasa Pura Indonesia, Wahyu Chayadi.
ITO 2025 yang digelar oleh Forum Wartawan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Forwarparekraf), yang didukung penuh oleh Biro Komunikasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Telkomsel, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Indofood, Kokola, MEG Cheese, Cap Panda, Y.O.U dan Swissbel Hotel and Resort.