Follow Eventguide.id untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel
Kemendikbudristek melalui Direktorat Perfilman, Musik, dan Media Direktorat Jenderal Kebudayaan dan Indonesiana TV berkolaborasi dengan Titimangsa dan KawanKawan Media merilis 5 tayangan seri monolog Di Tepi Sejarah Musim Ketiga pada Selasa, (28/06) di CGV FX Sudirman, Senayan, Jakarta.
Tidak hanya merilis tayangan pertunjukan, diluncurkan juga antologi naskah Di Tepi Sejarah dalam Tiga Musim (tahun 2021, 2022, 2023) dengan penyunting Ahda Imran dan penerbit Kepustakaan Kompas Gramedia.
Sebelum tayangan rilis, Di Tepi Sejarah musim ketiga telah dipentaskan dalam sebuah rangkaian Festival Monolog bulan Desember 2023 di Teater Salihara. Sebagai produser adalah Happy Salma, Yulia Evina Bhara, dan Pradetya Novitri.
Produser Happy Salma mengatakan Di Tepi Sejarah selalu mencoba menawarkan perspektif lain dalam melihat sejarah. Menurut Happy, sejarah tidak hanya berbicara soal tokoh kepahlawanan atau mereka yang berjuang dengan menenteng senjata.
Di luar arus besar sejarah tersebut, ada orang-orang yang juga punya kontribusi besar dan layak juga untuk diceritakan dan diketahui khalayak.
Pada musim ketiga ini, Happy menyebut Di Tepi Sejarah mencoba menyoroti tokoh-tokoh diplomasi, seni, pers, dan mereka yang mendampingi tokoh besar.
“Semua ini ditujukan agar memunculkan perspektif yang beragam dan menciptakan perasaan yang berbeda ketika menontonnya. Di setiap musimnya, kita juga selalu mencoba menghadirkan tokoh laki-laki dan perempuan seimbang mungkin,” kata Happy.
“Total ada 14 judul naskah yang terdapat dalam buku ini. Naskah ini dengan model monolog dan durasi singkat. Kami harapkan ini juga bisa dipentaskan oleh banyak pihak, seniman, maupun murid sekolah di mana saja berada, sehingga produksi ilmu pengetahuan bisa bergulir,”sambung Yulia Evina Bhara, Produser.
Sementara mewakili Kemendikbudristek, Pandu Pradana mengatakan karya di Tepi Sejarah ini bisa memberi inspirasi bagi masyarakat Indonesia.
“Karya ini juga bisa menjadi opsi pembelajaran sejarah baru. Tidak hanya melalui cara-cara konvensional, tetapi juga lewat seni, utamanya bagi anak-anak sekolah,” jelasnya.
Kepala Balai Media Kebudayaan Retno Raswaty mengatakan film Di Tepi Sejarah sudah mulai bisa disaksikan mulai hari ini, Jumat (28/6/2024).
“Untuk buku antologi nantinya bisa disebar di sekolah maupun komunitas seni. Adapun bagi masyarakat yang menginginkannya, bisa membeli di toko buku,” ujarnya.
Di Tepi Sejarah sendiri merupakan sebuah seri monolog yang menceritakan tentang tokoh-tokoh yang ada di tepian sejarah. Mereka mungkin kurang disadari kehadirannya dan tersisih dalam catatan besar sejarah bangsa namun menjadi bagian dalam peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di Indonesia.
Di Tepi Sejarah berniat menawarkan sudut pandang lain dalam melihat sejarah Indonesia.
Seri monolog musim ketiga menampilkan kisah dari Oto Iskandar Dinata dengan mengambil sudut pandang istrinya yaitu Raden Ajeng Soekirah, Ruhana Kuddus seorang pejuang kaum perempuan, Francisca Casparina sebagai seorang diplomat yang aktif berjuang pasca kemerdekaan, Tan Tjeng Bok yang merupakan seniman multitalenta yang kiprah seninya bertahan melewati tiga zaman, dan Tirto Adhi Soerjo, seorang tokoh pers dan tokoh kebangkitan nasional Indonesia.
Berikut Jadwal Tayang Seri Monolog Di Tepi Sejarah Musim Ketiga:
1. Sudut Terlipat di Panggung Tan Tjeng Bok. Tayang di Indonesiana TV: Jum’at 28 Juni 2024, Pkl. 20.00.
Tan Tjeng Bok, seorang seniman multitalenta yang kiprah seninya bertahan melewati tiga zaman. Sukses bersama tonil Dardanella pada tahun 1920-an, membuatnya dikenal sebagai artis terkaya di zamannya.
Di tengah kepopuleran dan gaya hidup glamornya yang penuh sensasi, Tjeng Bok jadi corong suara anti kolonialisme dalam berbagai peran yang dimainkannya.
Tak heran dia mengalami ancaman dan penangkapan dari pemerintah Hindia Belanda.
2. Ke Pelukan Orang-Orang Tercinta
Tayang di Indonesiana TV: Rabu, 03 Juli 2024. Pkl. 20.00.
Francisca Casparina Fanggidaej menceritakan perjalanan hidupnya, tidak hanya sebagai pemikir dan penggerak besar pasca kemerdekaan Indonesia yang aktif berdiplomasi di panggung internasional, tetapi juga konflik batinnya sebagai ibu yang terpisah dari anak-anak karena perubahan situasi politik.
Francisca mengajak kita untuk merefleksikan cara memperlakukan orang-orang maupun hal-hal yang kita cintai.
3. Suamiku Oto dan Bel Pintu.
Tayang di Indonesiana TV: Rabu, 10 Juli 2024 Pkl. 20.00.
Menjadi istri Oto menempa kekuatan RA. Soekirah. Masa-masa genting revolusi dilaluinya seorang diri seraya menjaga dan mendidik anak-anaknya.
Di mata anak-anaknya, ia selalu tampak tegar. Tetapi di lubuk hatinya yang terdalam, RA. Soekirah terus berharap bahwa suaminya masih hidup.
Apalagi sampai berbulan dan bertahun, selain desas-desus, nasib Oto Iskandar Di Nata tetap tak ada kejelasan.
4. Seroean Kemadjoean.
Tayang di Indonesiana TV: Rabu, 17 Juli 2024, Pkl. 20.00.
Di akhir Abad 19, Ruhana bagian dari 1% perempuan Minangkabau yang pandai baca-tulis. Kesadaran ini membuatnya gigih memperjuangkan persamaan perlakuan antara perempuan dan laki-laki terutama di bidang pendidikan dan pekerjaan.
Melalui surat kabarnya Ruhana dan perempuan-perempuan lain menulis karang-mengarang menyerukan“Kemadjoean”, dan menuliskan “Seroean”, ditujukan untuk “Bangsakoe, Bangsa Perempoean”.
5. Tirto: Tiga Pengasingan.
Tayang di Indonesiana TV: Rabu, 24 Juli 2024, Pkl. 20.00.
Diangkat berdasarkan biografi dan karya R.M. Tirto Adhi Soerjo, Tirto: Tiga Pengasingan menyelisik tiga masa dalam riwayat hidup tokoh perintis pers Indonesia ini sebagai kisah pengasingan.
Melalui tiga masa tersebut, lakon ini melihat sisi-sisi manusiawi dari riwayat tokoh besar ini. Ia dianugerahi gelar sebagai Bapak Pers Indonesia dengan warisan berupa surat kabar Medan Priyayi.