Follow Eventguide.id untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp ChannelĀ
Galeri Indonesia Kaya berkolaborasi dengan Sha Ine Febriyanti mempersembahkan pertunjukan seni bertajuk Teater Monolog Cut Nyak Dhien di Jakarta.
Pertunjukan ini mengangkat sosok Cut Nyak Dhien sang pahlawan dari sisi yang lebih humanis sebagai seorang istri dan ibu yang harus menghadapi kesedihan dan kehilangan dalam perjuangannya.
Renitasari Adrian, Program Director Galeri Indonesia Kaya mengungkapkan Teater Monolog Cut Nyak Dhien merupakan salah satu pertunjukan yang pernah ditampilkan di Galeri Indonesia Kaya pada satu dekade yang lalu bersama Sha Ine Febriyanti.
“Setelah lebih dari 1 dekade berlalu, kami kembali menghadirkan pertunjukan ini di Auditorium Galeri Indonesia Kaya karena ingin menyebarkan nilai-nilai dan pesan yang mendalam bagi para penikmat seni yang didominasi oleh generasi muda. Semoga melalui pertunjukan ini kita semua dapat kembali mengingat perjuangan dan menghargai jasa para pahlawan bangsa terutama sosok Cut Nyak Dhien,” ujar Renitasari Adrian.
Selama kurang lebih 40 menit, penikmat seni disuguhkan penampilan akting nan memukau dari Sha Ine Febriyanti di pertunjukan Teater Monolog Cut Nyak Dhien.
“Teater Monolog Cut Nyak Dhien, saya ingin mengajak penikmat seni untuk mengenal sosok pahlawan wanita kita dari sudut pandang yang lebih manusiawi. Cut Nyak Dhien bukan hanya seorang pejuang tangguh, tetapi juga seorang istri dan ibu yang memiliki perasaan dan kerentanan,” ujar Sha Ine Febriyanti.
Monolog ini sendiri mengangkat kisah emosional di balik kekuatan Cut Nyak Dhien. Meskipun dikenal sebagai pejuang yang teguh, di pementasan ini memperlihatkan bagaimana Cut Nyak Dhien mengalami kegelisahan dan kesedihan ketika suaminya, Teuku Umar, pergi ke medan perang dan akhirnya meninggal dunia.
Cut Nyak Dhien sebagai ibu dan istri, harus menunjukkan ketegaran di depan anaknya dan para pengikutnya, meskipun hatinya hancur dan air mata sering menetes di kala mendengar kabar duka. Emosi haru terlihat dari ekspresi dan raut wajah para penikmat seni.
“Kisahnya mengingatkan kita bahwa di balik setiap keberhasilan, ada perjuangan dan pengorbanan yang tak ternilai. Saya berharap monolog ini dapat menjadi pengingat bagi kita semua, terutama generasi muda, tentang pentingnya peran perempuan dalam membangun bangsa,” kata Ine Febriyanti.
“Semoga pertunjukan ini dapat diterima dengan baik oleh para penikmat seni dan semakin memeriahkan rangkaian acara perayaan Kemerdekaan Republik Indonesia,” imbuhnya.
Selain mementaskan monolog ini di Galeri Indonesia Kaya, Sha Ine Febriyanti sudah sempat menggelar roadshow yang menghadirkan Pentas Monolog Cut Nyak Dhien dan mengadakan workshop atau diskusi di sepuluh kota di Indonesia pada 2015 hingga 2018.
Teater Monolog Cut Nyak Dhien, yang disutradarai sekaligus diperankan oleh Sha Ine Febriyanti ini, pertama kali dipentaskan pada 13 April 2014 di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta. Pertunjukan ini kemudian dibawa ke berbagai kota di Indonesia pada tahun 2015.
Pada 16 November 2017, pertunjukan ini kembali dipentaskan di Bentara Budaya Jakarta dan International Women Conference, ROSE, Kuala Lumpur pada 7 Februari 2018. Selanjutnya, pertunjukan ini juga melakukan roadshow dan workshop di 10 kota di Indonesia seperti Bali, Makassar, Solo, Surabaya, Kudus, Tasikmalaya, Bandung, Medan, Padang Panjang dan Padang dari April hingga September 2018.
Sosok Sha Ine Febriyanti selama ini dikenal sebagai seorang aktris dan sutradara berpengalaman, memulai karirnya sebagai model pada 1992 dan melanjutkan ke dunia seni peran pada 1999.
Ia juga dikenal karena partisipasinya dalam Festival Teater Internasional dan festival film internasional. Peraih beasiswa Asian Film Academy di Busan dan Pemeran Utama Perempuan Terbaik Festival Film Indonesia 2023 terus berkontribusi pada dunia seni dan budaya dengan semangat dan dedikasinya.
Saat ini, Sha Ine mengelola Huma Art Center, sebuah ruang budaya terbuka untuk siapa saja yang ingin berbagi melalui seni.