Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif terus berupaya meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) khususnya Australia sebagai salah satu negara pasar potensial. Upaya tersebut salah satunya dilakukan dengan memfasilitasi 18 pelaku industri hotel dan resort untuk melakukan misi penjualan ke Australia pada 22-25 Agustus silam.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno dalam pernyataannya, di Jakarta (19/9), mengatakan permintaan atau demand wisatawan Australia ke Bali sangat tinggi. Hal ini didukung oleh pelonggaran sebagian besar persyaratan perjalanan, penerapan standar kesehatan dan keselamatan yang membaik, penawaran produk pariwisata baru, serta peningkatan upaya untuk mengamplifikasi keunikan budaya Bali.
“Kemenparekraf berkomitmen memaksimalkan potensi wisman Australia guna mendongkrak kebangkitan ekonomi,” kata Sandiaga.
Misi Penjualan Australia mengambil tema #ItsTimeforBali dan Explore Beyond Bali. Terdapat beberapa rangkaian kegiatan pada Misi Penjualan Australia meliputi one on one business meeting, table top meeting, sales call di dua kota yaitu Melbourne dan Sydney.
Dalam table top meeting, pelaku industri pariwisata Indonesia (sellers) telah melakukan presentasi dan membangun jejaring dengan 150 agent dan retailers (buyers) dari empat wholesaler utama di Australia yaitu Flight Centre, Helloworld, Bali Tours, dan Hoot Holidays.
Selain itu, Kemenparekraf memanfaatkan kesempatan ini untuk menjalin jejaring dengan pelaku industri utama lainnya yaitu wholesaler untuk middle-up yaitu Luxury Escapes dan Ignite Holidays, mass customer seperti Flight Centre, serta airlines Virgin Australia dan Garuda Indonesia.
Kegiatan ini dilakukan dengan misi meningkatkan brand Wonderful Indonesia untuk tetap menjadi top of mind wisman seluruh dunia khususnya pasar Australia.
“Walaupun Bali telah menjadi top of mind wisatawan mancanegara, Indonesia masih memiliki lebih banyak lagi destinasi yang tidak kalah menakjubkan dengan Bali. Sebut saja keindahan alam dan budaya di lima destinasi pariwisata super prioritas yakni Borobudur, Likupang, Mandalika, Labuan Bajo, dan Danau Toba yang begitu magestic,” ujar Menparekraf.
Kemenparekraf memanfaatkan momentum kebangkitan pariwisata ini dengan memperkenalkan tiga destinasi tambahan, atau add-on, dalam rencana liburan wisman Australia ke Bali selanjutnya.
Pertama adalah Labuan Bajo, kota pesisir yang menjadi gerbang menuju Taman Nasional Komodo ini dapat dijangkau dengan 90 menit penerbangan dari Denpasar. Labuan Bajo memiliki segudang daya pikat yang menakjubkan dengan Pulau Padar yang menjadi ikon Labuan Bajo, kemudian Taka Makassar dan Pulau Kanawa yang memiliki keindahan bawah laut yang sangat menawan.
Kedua adalah Lombok, alternatif bagi pencari ketenangan dan liburan keluarga yang nyaman di tepi pantai yang dapat dijangkau dengan 90 menit fast boat atau 40 menit penerbangan dari Denpasar.
Dan terakhir adalah Borobudur, surga bagi pecinta sejarah dan budaya yang dapat dikombinasikan dengan day trip ke Yogyakarta, kota yang menjadi jiwa kebudayaan Jawa. Borobudur menjadi kombinasi liburan tropis dan budaya yang anti-mainstream. Destinasi ini dapat dijangkau hanya dengan 90 menit penerbangan ke Yogyakarta.
Pada tahun 2019, sebelum pandemi melanda, sebanyak 1,4 juta wisman asal Australia berkunjung ke Indonesia, dimana 1,2 juta atau sekitar 85 persennya berkunjung ke Bali. Dari jumlah yang berkunjung ke Bali tersebut, hanya 16 persen yang berwisata beyond Bali.
Sejak kondisi pandemi membaik dan perjalanan internasional dibuka kembali pada Maret 2022, jumlah wisman Australia yang berkunjung ke Indonesia terus mengalami peningkatan yang signifikan, mencapai 118,347 kunjungan dalam kurun waktu Januari hingga Juni 2022.
“Melalui misi penjualan ini diharapkan dapat mendatangkan 3,6 juta wisatawan dengan penghasilan setara US$1,7 miliar,” kata Sandiaga.